Langsung ke konten utama

Jejak Pertama Part 7

Jejak Pertama Part 7

Seorang lelaki tampan bertubuh jangkung, berdiri tegap di depan rumah Kirana. Matanya menyelisik ke segala penjuru, tak ditemuinya tanda-tanda keberadaan penghuni rumah itu. Ia pun melangkah mencoba memasuki rumah ala peninggalan Belanda itu. Pintunya tertutup rapat, namun tak terkunci. Ia segera mengendap masuk ke dalamnya. Mencari Kirana.

Lorong-lorong gelap dalam rumah itu, membuatnya sulit untuk terlihat. Disusurinya satu persatu ruangan dalam rumah itu dengan seksama. Hanya demi menemukan seorang gadis remaja yang mungkin akan bernilai jutaan dolar, jika gadis itu jatuh di tangan yang salah. Ia pun sudah tak memiliki banyak waktu untuk menunda apa yang telah Profesor Abdul Qasim perintahkan padanya. Ia harus bergerak cepat. Jika ingin semuanya selamat.

"Siapa kau? Apa yang kau inginkan di rumah ini?"

Seorang gadis remaja dengan tubuhnya yang tak terlalu tinggi, tiba-tiba muncul di hadapannya. Sebuah pistol hitam Glock 19 tertempel tepat di dadanya. Ia tak menyadari kedatangan gadis itu yang dikiranya tak berada di dalam rumah itu.

"Kirana?" Tanya si lelaki.

Gadis itu memicingkan mata. Merasa heran dengan apa yang baru saja didengarnya.

"Siapa kau? Dan apa urusanmu dengan Kirana?" Tanya gadis itu lagi.

"Maaf Kirana. Kita tak punya banyak waktu! Profesor Abdul Qasim memintaku untuk membawamu pergi dari sini."

"Profesor Abdul Qasim?! Kenapa lagi dengan lelaki tua itu? Katakan padanya, aku tak punya waktu untuk bertemu dengannya. Aku punya urusan lebih penting yang harus kuselesaikan."

Profesor Abdul Qasim adalah seorang lelaki tua yang sangat Kirana kenal. Pembawaannya yang elegan dan santai menunjukkan bahwa dirinya merupakan orang dengan pendidikan tinggi. Pikiran-pikirannya yang cemerlang sekaligus aneh dalam bidang teknologi, membuat dirinya semakin dikenal orang luas dengan sebutan Profesor "Gila". 

Kirana bukannya tak menyukai lelaki itu. Bahkan Kirana juga ingin seperti dirinya yang tahu segala hal mengenai tatanan dunia dan teknologi. Tak sedikit waktu yang dihabiskan Kirana, hanya untuk belajar dan mencuri ilmu darinya. Tapi saat ini, bukan saat yang tepat untuk Kirana bertemu dengannya, walau banyak hal yang sebenarnya ingin ia ketahui.

"Ini juga urusan penting, Kirana. Kalau bukan menyangkut ayahmu, Profesor tak kan memintamu menemuinya."

"Apa kau bilang? Urusan penting menyangkut ayahku? Profesor Abdul Qasil mengenal ayahku?" Begitu mendengar ayahnya disebut, Kirana langsung membalikkan badan. Kembali menghampiri lelaki muda yang berdiri samar dalam lorong gelap. "Apa yang kalian ketahui tentang ayahku? Bagaimana kalian tahu tentang ayahku? Dimana ayahku sekarang? Cepat katakan!"

"Tenanglah dulu, Kirana. Aku akan menceritakan semuanya. Tapi bukan di sini. Ada banyak mata-mata yang kini sedang mengintaimu di rumah ini. Aku akan membawamu ke tempat aman. Ke tempat dimana ayahmu berada saat ini."

****
Angin malam menyibak lembut rambut Kirana. Bulan bersinar terang di atasnya. Cukup memberi cahaya indah pada malam yang membuat hati Kirana kembali mencekam. Bintang yang bertaburan di angkasa, tak ubahnya seperti batu-batu yang siap menghunjam tubuh kecilnya.

Sebuah mobil Sedan Chevy Cruze silver terparkir manis di depan rumah Kirana. Ia tak menyadari kapan mobil itu tiba di halaman rumahnya. Deru mesin mobilnya pun tak sampai ke telinganya.

"Masuklah Kirana. Kita sudah tak punya banyak waktu lagi." Ujar lelaki yang memintanya pergi bersama menemui Profesor Abdul Qasim. Wajahnya kini mulai terlihat. Dan Kirana sadar, jika lelaki di hadapannya itu tak memiliki tampang membahayakan sedikit pun. Bahkan ia terlihat lebih mirip sebagai bintang film daripada sebagai pengawal atau pesuruh Profesor Qasim.

Kirana melangkah, menuruti permintaan lelaki tersebut. "Bagaimana kau memasukkan mobil ini ke halaman rumah kami, tanpa terdengar sedikit pun deru mesinnya?" Kirana bertanya heran.

"Mobil ini bukan mobil biasa seperti yang kalian lihat di jalan raya," jawab lelaki itu sambil tersenyum.

"Oh ya, perkenalkan. Namaku Faris. Asisten utama Profesor Abdul Qasim. Dalam hal ini, aku yang bertanggungjawab atas keselamatanmu." Ucap lelaki itu lagi sembari mulai mengatur kemudinya.

"Keselamatanku?! Lalu bagaimana dengan ayah dan kedua kakakku?"

"Kedua kakakmu akan baik-baik saja. Mereka ada dalam tanggungjawab teman-temanku. Saat ini mereka sudah dipindahkan ke tempat yang aman."

"Apakah keselamatan kami memang benar-benar terancam, hingga kalian memisahkan kami seperti ini?" tanya Kirana sedikit geram.

"Maafkan aku, Kirana. Aku belum punya hak menceritakan semuanya padamu."

"Oh, come on... Aku termasuk orang yang pandai menjaga rahasia. Jika ini berhubungan dengan ayahku, aku harus tahu kenapa dan apa yang sebenarnya terjadi."

"Maaf Kirana. Tapi kita benar-benar harus pergi dari tempat ini sekarang juga. Tolong pakai sabuk pengamanmu."

Sedan Cruze silver itu bersiap melaju dengan kecepatan tinggi. Mobil itu menembus pagar rumah Kirana. Belum seratus meter mobil itu melaju, lima buah mobil sedan hitam mulai menancap gasnya. Mengejar sedan cruze silver yang dikemudikan Faris. Menyadari musuh mulai membuntuti, Faris menginjak gas lebih dalam lagi.

"Alva, sistem pengamanan penuh. Ganti mode Cruze ke model penghilang." Faris terlihat berbicara sendiri dengan mobilnya. Layar transparan terpampang lebar di kaca mobil depannya. Di sisi kiri terlihat rute kemana mobil itu akan melaju. Sementara sisi kanannya menggambarkan dengan jelas siapa yang sedang membuntuti Faris dan Kirana.

"Faris, kita sedang diikuti. Kita sedang diikuti."

"Aku tahu. Sekarang katakan padaku siapa mereka?"

"Mereka semua adalah anak buah Deron."

Layar transparan di depan Kirana segera berubah. Menampilkan wajah seorang pria yang sangat Kirana kenal. Seorang proa berambut hitam tebal bergaya chungky. Alisnya tebal dan saling bertautan. Kulit wajahnya berwarna coklat sawo seperti kebanyakan orang Asia Tenggara. Sedang rahangnya masih terlihat kokoh walau kedua pipinya mulai tersedot oleh tulang pipinya. Kirana tahu siapa dia. Lelaki yang selalu disebut-sebut namanya oleh sang ayah.

"Apakah mereka mengejar kita, Faris?" tanya Kirana.

"Ya, mereka mengejar kita. Mereka tahu aku membawamu pergi. Alva ganti mode Cruze ke mode penghilang!" Faris berseru kencang.

"Mode penghilang rusak. Mode penghilang rusak."

"Apa?! Sialan!"

Sepasang alat mikro terpasang di belakang mobil Faris. Faris tak menyadari jika alat itulah yang membuat sistem penghilang mobilnya rusak. Anak buah Deron yang telah menembakkan alat itu ke mobil Faris.

Faris dan Kirana mulai terkepung dari segala penjuru. Keduanya tak bisa keluar dari lingkaran yang mengitari mereka dengan mobil-mobil sedan suruhan Deron. Faris terlihat berpikir memutar otak, mencari celah agar bisa meloloskan diri dari kepungan itu. Kakinya bersiap menginjak pedal gas ketika tiba-tiba sebuah peluru menembus kaca pelindung mobilnya.

***

Komentar

  1. Cerbung yah,,, terlalu panjang min.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trima kasih masukannya.. :) masih dalam proses belajar. Apakah postingan yang ini terlalu panjang kalau dikategorikan cerbung? atau part-part nya kah yang dimaksud? :D

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

2 Ide Abstrak

Tidak peduli apa yang orang katakan padamu, kata dan ide bisa mengubah dunia. (Robbin Williams Dari film Dead Poet's Society) Ngomong-ngomong tentang ide, saya punya dua ide abstrak. Bisa jadi dua ide ini beberapa tahun yang akan datang akan menjadi kenyataan dan akan kita temui di dunia nyata. Dua ide yang mencuat dari pikiran saya itu adalah: 1. Ada alat yang bisa merekam mimpi manusia saat ia tertidur. 2. Ada alat yang bisa memanggil dengan kata kunci tertentu saat kita membaca Koran.  Baiklah, akan saya jelaskan dulu mengapa saya sampai punya dua ide itu. Pertama , saat saya atau kita semua dalam kondisi tidur, ada waktu dimana pikiran kita berada di dunianya sendiri, yakni dunia mimpi. Saat itu kita hidup di dunia kedua kita, alam mimpi. Berbagai macam hal tak terduga dan tak terdefinisi di dunia nyata akan kita temui dalam dunia kedua itu. Bahkan, bentuk-bentuk dan rupa-rupa manusia atau makhluk hidup lainnya tak menutup kemungkinan akan kita temui pula. Ambi

Dakwah Kontekstual di Era Digital

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya globalisasi di dunia ini baik dari segi ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya telah menjadikan kehidupan manusia mengalami alienasi , keterasingan pada diri sendiri atau pada perilaku sendiri, akibat pertemuan budaya-budaya yang tidak sepenuhnya terintegrasi dalam kepribadian umat manusia. Selama masih ada manusia yang hidup di muka bumi ini, selama itu pula lah satu hal yang dinamakan Dakwah itu perlu ada bahkan wajib ada. Karena setiap muslim berkewajiban untuk berdakwah, baik sebagai kelompok maupun individu, sesuai dengan kemampuan masing-masing, dalam segi ilmu, tenaga, dan daya. Dengan derasnya arus globalisasi yang juga menimpa umat islam, pelaksanaan dakwah seperti mengejar layang-layang yang putus. Artinya hasil-hasil yang diperoleh dari dakwah selalu ketinggalan dibanding dengan maraknya kejahatan dan kemaksiatan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah konsep dakwah yang sesuai dengan perkembangan

Mengukir Senja Di Suramadu #Part 2

Lomba Blog "Ide Untuk Suramadu" Mencari Sudut Terindah Deru mesin pesawat Air Asia mulai terdengar bising disertai tangisan seorang anak kecil, yang mengaku telinganya kesakitan. Beberapa kali kursi yang kududuki ikut sedikit berguncang, saat moncong kemudian diikuti badan pesawat mulai menyentuh gumpalan-gumpalan awan putih. Ketinggian pesawat juga mulai menurun perlahan. Dua orang pramugara dan tiga pramugari mulai berdiri dari tempatnya duduk. Mereka mulai menyisir semua tempat duduk penumpang yang ada di sebelah kanan dan kirinya. Sembari terus melempar senyum, mereka berkata ramah, " Bapak, Ibu, penumpang pesawat Air Asia mohon semua alat elektroniknya dinonaktifkan. Dalam waktu lima belas menit lagi kita akan segera melakukan pendaratan. Dan mohon sabuk pengamannya dikenakan kembali. Terima kasih. " *Kurang lebih begitulah kata-kata yang kudengar dari mereka. Tapi jika kurang, ya bisa ditambah-tambah sendiri. Kalau lebih, simpan saja dah ya kelebihan