Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2013

Gara-Gara Indonesia - Buku Sejarah "Rasa Coklat"

Gara-gara Indonesia, Amerika kalah perang di Vietnam. Gara-gara Indonesia, Napoleon kalah perang di Eropa. Gara-gara Indonesia, kolonialis kehilangan puluhan negara jajahan. Kalau tidak ada Indonesia, mungkin Amerika tidak ditemukan Columbus. Kalau bukan karena Indonesia, mungkin malaria lebih mematikan. Kalau bukan karena Indonesia, mungkin dunia tidak sedamai sekarang. Cuma di Indonesia Kubilai Khan dipecundangi dan diperdaya. Cuma Indonesia yang mengalahkan Sekutu setelah Perang Dunia II. Cuma Indonesia yang bisa membuat tandingan PBB. Wilayah laut dunia damai karena Indonesia. Petronas menjadi perusahaan paling untung di Asia karena Indonesia. Ini buku tentang sejarah Indonesia. Tapi dikemas dengan gaya berbeda. Karena itu saya sebut buku ini buku sejarah "rasa coklat".  Sebab cuma di buku Gara-Gara Indonesia ini, sejarah akan menjadi senjata masa depan. Yang ingin tahu sejarah Indonesia yg terlupakan, yang ingin baca buku sejarah r

Dosen?

Koran di tangan masih kubolak-balikkan hanya untuk mencari berita terbaru dari kampus, yang kukirimkan hari Sabtu kemarin. Baru empat koran harian yang aku cek hari Senin ini. Padahal masih ada berlembar-lembar koran harian Minggu pagi yang juga belum aku cek. Dua orang mahasiswa yang saat itu duduk tidak jauh dariku, juga ikut memegang koran. Namun tentu saja berbeda tujuannya. Mereka hanya membaca koran itu sembari menunggu dosen pembimbingnya yang kebetulan menjadi kepala biro tempatku bekerja. Sementara untukku, membaca koran itu sudah menjadi kewajiban, sejak aku menerima tawaran menjadi jurnalis di Biro Humas dan Protokol kampus. Setiap kali kaki ini melangkah memasuki ruangan, hal pertama yang harus dilakukan sebelum aku melakukan liputan atau sekedar duduk berhadapan dengan komputer, terlebih dahulu aku harus membaca dan mengecek berita-berita di beberapa koran yang kami beli setiap hari. Membaca headline berita terbaru dan terhangat, serta mengecek berita mengenai kegiatan

Isi Dari Kekosongan

Baru saja saya memposting sebuah tulisan "Kosong". Judulnya pun "Kosong". Kata "Kosong" ini terinspirasi dari sebuah postingan teman di grup Komunitas Bisa Menulis. Sebelumnya ia menuliskan "Sajak yang Hilang". Tapi kemudian ia berharap agar tidak ada lagi sahabat KBM yang menuliskan sajak, puisi, cerpen, atau novel dengan judul "Kosong", "Puisi yang Tak Selesai", "Hening", "Sepi", dan kata-kata serupa lainnya. Terpikirlah oleh saya untuk menuliskan sebuah kata "Kosong" dan berisi kekosongan. Karena judul dan temanya ya memang "Kosong". Jadi kalau "Kosong", untuk apa dituliskan kata penjang lebar? Biarkan saja 'Kosong" itu dengan kekosongannya sendiri. Jikapun ada yang ingin mengisi kekosongan itu, maka saya, kamu, atau kita berhak mengisinya. Dan inilah salah satu isi dari kekosongan itu. Terima kasih. :)

Memulai Kata Pertama

Memulai kata pertama. Kenapa sulit untuk memulai kata pertama dalam sebuah cerita. Sulit menentukan bagaimana kalimat pertama untuk memulainya. Sudah tahu akan berakhir seperti apa ceritanya, tapi saat tiba akan menuliskan satu kalimat pertama. Eh malah bingung. Bayangan tentang kejadian pertama juga sudah ada. Tapi ya itu, seperti yang sudah aku katakan untuk kesekian kalinya ini, "Memulai kata pertama untuk cerita ini, harus bagaimana?".