Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

Muak

Aku muak! Dengan suara bising Pekak telinga dibuatnya. Aku muak! Dengan bibir perajut janji Padam telinga ini mendengarnya. Aku muak! Dengan kaki-kaki manis bertahta Kaku mulut ini mengenyam. Aku muak!

Akhir Si Kucing Ajaib

"Untuk semua orang yang pernah mengalami masa kecil" Sobat , masih ingatkah kita dengan film masa kanak-kanak yang rutin ditayangkan setiap hari minggu pagi? Bagi kita yang lahir di tahun 90-an mungkin akan mengingat beragam film kartun yang tayang pada hari itu. Namun, ada satu film kartun, yang bahkan hingga kini, masih menjadi kesukaan banyak orang dan anak-anak. Selain itu, masih sering pula ditayangkan di televisi (RCTI) setiap hari Sabtu dan Minggu. Film apakah itu? Ya, DORAEMON. Film itulah yang saya maksud. Doraemon, si kucing biru ajaib yang punya banyak peralatan menakjubkan. Kucing robot inilah yang juga menemani Nobita, tokoh utama anak laki-laki yang dikenal malas, kurang pandai dalam pelajaran, sering lupa mengerjakan PR dan datang terlambat, sering dijahili Suneo dan Giant, serta sering dimarahi ibunya atau gurunya. Si kucing ajaib ini sering meminjamkan alatnya pada Nobita, itu pun sebenarnya karena Nobita yang memintanya, sebab ia sering dijahili ol

Percakapan Tentang Calon Presiden

Beberapa hari yang lalu, muncul percakapan diantara aku dan adik-adik angkatanku di asrama. Kami berenam membicarakan tentang siapakah yang bakal jadi pilihan saat pemilu presiden besok. Tiba-tiba, salah seorang adik angkatanku (sebut saja A) tak sengaja nyeletuk, "Aku besok mau nyoblos W***** (sensor)," katanya. Sontak saja aku dan adik angkatanku lainnya (si B, C dan D) mencecarnya dengan pertanyaan-pertanyaan. Tentunya pertanyaan tentang benarkah dia akan memilih mereka, dengan pertimbangan begini dan begitu. Melihat realita yang dibuat begini dan begitu.  "Ya... habis, aku nggak tahu siapa aja calonnya," kata si A. Oh my God ! Sudah H-21 (dihitung dari malam kita cuap-cuap itu ya) dia masih belum tahu siapa aja yang bakal dicalonin jadi presiden. Hm... padahal mahasiswa, moso iya nggak tahu siapa-siapa aja yang dicalonin. "Lah, masa kamu nggak tau?! Terus selama ini kamu kemana aja?" tanya B. "Ya aku tahunya emang orang itu aja. Karena ak

Berita Kampanye dan Tikus DPR

Ah bosan! Menjelang pemilu aja, mereka pada berebut space . Tebar pesona sana-sini. Memolek muka dengan riasan kebajikan. Ada juga yang tiba-tiba muncul dengan segaaala kepeduliannya. Berjanji akan begini dan begitu, atau akan melakukan ini dan itu. Katanya sih, demi rakyaaat. Tapi entahlah apa yang sebenarnya mereka inginkan. Mungkin saja ada udang di balik tepung, eh salah dink, udang di balik batu maksudnya. Seperti hari ini saja, beberapa koran harian yang aku baca, lagi-lagi menampang wajah-wajah itu. Dan ya memang itu-itu saja fotonya. Ah ya, positive thinking ajalah, barangkali... barangkali loh ya, adanya cuma foto - fotonya mereka, yang lain mungkin lagi nggak mau di foto. Tapi, ternyata itu malah bikin mulut ini manyun beberapa senti ke depan. Ckckckck, bosan jadinya mau baca berita malah disuguhinnya yang berita "jadi-jadian". Ya gimana nggak aku sebut berita "jadi-jadian", wong kalau lagi jauh-jauhnya sama pemilu, berita yang model begituan kagak ada.

Jangan Remehkan Mimpi Part II - "Berani dan Yakinkan Diri"

Berbicara lagi tentang mimpi. Jika pada postingan sebelumnya saya bercerita tentang pertemuan dengan mbak Oki Setiana Dewi. Sekarang saya akan bercerita tentang sebuah kalimat, yang kemudian mengubah hidup saya, tentunya selama saya menjalani kewajiban sebagai mahasiswa. Motivator muda sekaligus penulis buku "Jangan Kuliah Kalau Gak Sukes" pernah bertandang dan menjadi narasumber dalam sebuah acara motivasi. Acara motivasi itu mengikutsertakan semua mahasiswa baru, atau yang baru duduk di semester satu. Kegiatan yang diselenggarakan sebagai salah satu rangkaian acara penyambutan mahasiswa baru di universitas kami itu, memang luar biasa. Karena membuat kami, para mahasiswa baru berani untuk bermimpi. Berani untuk mengutarakan dan menuliskan apa saja keinginan kami, satu, dua, lima, dan sepuluh tahun ke depan. Saya yang memang punya impian dan keinginan untuk menjadi seorang penulis, langsung menuliskan keinginan itu pada urutan pertama. Hitam di atas putih itu sudah teris

Jangan Remehkan Mimpi - "Bertemu Orang-Orang yang Menginspirasi"

Jangan pernah meremehkan mimpi dan impian. Itulah yang pernah saya dengar dan baca. Sebuah peristiwa terjadi itu bisa jadi karena ada seseorang yang memimpikannya. Berbicara tentang mimpi juga, saya pernah punya mimpi untuk bisa bertemu dengan orang-orang yang menginspirasi di dunia ini. Hal itu saya tuliskan setelah membaca buku "Jangan Kuliah Kalau Gak Sukses" karya Setia Furqan Khalid, waktu itu saya masih kuliah semester satu di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Setelah beberapa lama memajang tulisan impian itu di dinding kamar, satu demi satu orang-orang yang membuat saya kagum bermunculan di hadapan saya. Mereka adalah Habiburrahman El-Shirazy, Ahmad Fuadi (penulis tetralogi novel Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, dan Rantau 1 Warna), Oki Setiana Dewi, Helvy Tiana Rosa, Buya Syafi'i Ma'arif, Din Samsuddin, Dahlan Iskan, Anies Baswedan, dan Tun Mahatir Muhammad. Bahkan saya juga sudah melihat dan mendengar langsung berpatah-patah kata yang disampaikan oleh

Media Massa Kampanye 2014

Ada sebuah tulisan opini di koran Suara Merdeka tentang media massa. Tulisan itu berisi tentang parsialitas media massa di tahun 2014. Arti parsial jika mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia maksudnya adalah "berhubungan atau merupakan bagian dari keseluruhan". Kemudian jika mengacu pada tulisan opini itu saya menangkap bahwa maksud parsial di sana itu berarti media massa yang menjadi bagian dari politik, atau kasarnya media kampanye. Memang, untuk tahun 2014 ini banyak sekali media massa yang menjadi alat kampanye. Kita perhatikan saja media elektronik seperti televisi itu. Berapa banyak televisi milik swasta atau pribadi yang kemudian pemiliknya memanfaatkan televisi sebagai alat kampanye. Kalau masih belum tahu televisi apa saja yang saya maksudkan, itu seperti TVOne, Metro TV, Global TV, MNCTV, dan RCTI. Belum lagi media massa cetak seperti koran. Setelah diperhatikan, memang ada beberapa koran yang banyak menampilkan satu golongan capres-cawapres tertentu. Intensi

ODOK 1 : ONE

Tentang satu (1). Tapi sepertinya lebih mudah membuat tulisan dengan menggunakan kata 'pertama' saja, toh 'pertama' dan 'satu' artinya sama. Benar tidak?! :D Ya, ini adalah tulisan yang pertama. Tepatnya tulisan ODOKku yang pertama. Apa itu ODOK? ODOK itu One Day One Karya. Kepanjangan ODOK ini aku dapatkan setelah bertanya pada salah satu anggota KBM Regional Yogyakarta, Mbak Narni Asih. Mulanya, aku penasaran saja dengan banyaknya postingan di KBM Regional Yogyakarta dengan judul ODOK. Ada ODOK-1, ODOK-2, ODOK-3, dan ODOK-ODOK lainnya. Karena tak mengerti juga apa maksudnya, akhirnya kuberanikan diri bertanya pada mbak Narni. Apa sih maksudnya ODOK itu. Dan ternyata, jawabannya ya itu tadi, One Day One Karya. Lantas, aku berkeinginan untuk berpartisisapi, eh berpartisipasi dalam ODOK itu. Meskipun sudah ketinggalan sangat jauh, ternyata mbak Ukhti Tika Ceriwis berkenan memberikan kesempatan bagiku untuk mencobanya. Tapi ya harus tetap mengikuti aturanny