Langsung ke konten utama

Belajar Menulis Berita, Belajar Berpikir Runtut

Dalam menuliskan sebuah berita, ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh seorang jurnalis/wartawan sebelumnya. Langkah-langkah tersebut juga merupakan teknik dalam penulisan berita, seperti :

1. Menentukan sudut pandang (engel)
2. Menggunakan pola penulisan Piramida Terbalik
3. Menggunakan konsep 5 W 1 H
4. Pola pedoman tulisan menggunakan lead

Dalam pola penulisan Piramida Terbalik ini, satu hal yang harus kita ingat adalah, bahwa kesimpulan atas sebuah peristiwa atau informasi itu ditulis di bagian paragraf awal. Dan paragraf awal ini sangat berkaitan dengan yang namanya lead.

Lead adalah teras berita dan merupakan paragraf awal yang memuat fakta atau informasi terpenting dari keseluruhan berita. Lead tersebut juga diupayakan terdiri dari 4 sampai 30 kata dan harus mengandung unsur-unsur seperti berikut:

1. Aktraktif       : mampu membangkitkan minat baca khalayak
2. Introduktif     : harus bisa menyatakan pokok persoalan dengan jelas dan tegas
3. Korelatif        : harus bisa membuka jalan bagi kemunculan kalimat untuk paragraf kedua dan seterusnya, dan
4. Kredibilitas    : mencerminkan bobot akademis reporter dan media massanya.

Sebuah berita yang baik dan bagus biasanya juga bisa kita lihat dari bagian lead yang dibuat. Jika seorang jurnalis bisa membuat lead yang bagus, maka berita yang dibuatnya pun akan berhasil dan bagus. Namun jika dia gagal dalam membuat lead, maka berita itu nantinya juga akan gagal menjadi berita yang bagus dan menarik untuk dibaca.

Karena itu, lead dalam hal ini memegang peranan penting dalam sebuah berita. Jadi tidaknya, berhasil tidaknya, bagus tidaknya sebuah berita dapat kita lihat dan nilai dari lead yang ada dalam berita tersebut. Karena lead yang baik itu sudah mencakup empat hal di atas.

Selain itu, lead jugalah yang akan menjadi panduan kita dalam menuliskan berita. Paragraf awal atau lead menjadi kunci utama kita untuk menjabarkan informasi atau peristiwa berikutnya di paragraf-paragraf berikutnya. Nah, di sinilah kita dituntut untuk bisa belajar berpikir secara runtut atau urut. Bagaimana kesimpulan atau benang merah dari sebuah peristiwa itu bisa kita sajikan secara urut dalam paragraf-paragraf berikutnya. Jika antara lead dan paragraf-paragraf berikutnya tidak ada keterkaitan atau kesinambungan, maka pembaca akan dibuat bingung dengan apa yang kita tulis.

Misalkan, mengambil contoh berita yang masih hangat di minggu ini, tentang hasil autopsi jenazah Siyono yang meninggal setelah ditangkap oleh Densus 88. Berikut ini saya kutipkan berita dari bbc.com

Hasil autopsi Komnas HAM, Persatuan Dokter Forensik Indonesia, dan PP Muhammadiyah terhadap jenazah terduga teroris Siyono menunjukkan bahwa Siyono meninggal karena patah tulang di bagian dada yang mengarah ke jaringan jantung.
Dalam konferensi pers yang berlangsung Senin (11/4), Komisioner Komnas HAM Siane Indriani menjelaskan hasil autopsi terhadap jenazah terduga teroris Siyono memperlihatkan bahwa jenazah mengalami patah di lima iga bagian kiri, patah satu iga bagian kanan, dan tulang dada yang patah akibat benda tumpul di rongga dada mengarah ke jaringan jantung.
"Ini yang menyebabkan kematian yang lumayan fatal. Titik kematian ada di situ," kata Siane pada wartawan.
Hasil forensik juga tak menunjukkan ada tanda-tanda perlawanan atau tangkisan dari Siyono. Tim forensik yang diketuai oleh Gatot Suharto juga menemukan luka ketokan di kepala, tapi hal itu tidak menyebabkan perdarahan atau kematian.

Dari kutipan berita tersebut kita bisa memperhatikan, jika engel yang diambil dalam berita ini adalah tentang temuan dari hasil autopsi jenazah Siyono. Kemudian pada paragraf awal atau lead berita, sang wartawan menuliskan kesimpulan dari hasil autopsi tersebut, lantas dijabarkan pada paragraf kedua dan selanjutnya.

Pada kondisi tersebut, sang wartawan sudah menuliskan beritanya secara runtut. Karena setelah ia menuliskan kesimpulannya, ia kemudian menuliskan penjabaran dari kesimpulan tersebut. Dalam hal ini, sang wartawan juga menggunakan pola penulisan Piramida Terbalik. Akan terasa janggal dan berbeda jika kemudian yang menjadi paragraf kedua adalah paragraf ketiga atau keempat. Karena tidak ada kesesuaian antara lead dengan paragraf di bawahnya. Sementara, dalam penulisan berita, kita dituntut untuk harus memberitakan sebuah informasi itu secara runtut dan sesuai nalar. Ada kesesuaian dan kesinambungan antara paragraf yang satu dengan paragraf berikutnya.

Selain itu, hal lain yang juga harus dituliskan secara runtut adalah kutipan atau pernyataan dari narasumber. Jika dalam sebuah peristiwa itu ada dua atau tiga narasumber, maka cara penulisan beritanya adalah menyelesaikan dulu pernyataan dari satu narasumber, baru kemudian beralih ke pernyataan narasumber berikutnya. Mudahnya, jika dibuat urutan adalah seperti ini:

Misalkan,

Paragraf pertama atau lead ............. (kesimpulan/hal terpenting yang dikatakan oleh A)

Paragraf kedua................................. (pernyataan A, + 5 W)

Paragraf ketiga ................................ (pernyataan A)

Paragfar keempat............................. (pernyataan B)

Paragraf kelima................................ (pernyataan B)

Paragraf keenam............................... (pernyataan C)

Pernyataan yang dikemukan oleh narasumber-narasumber tersebut haruslah disajikan secara runtut seperti contoh di atas. Hal ini untuk mempermudah pembaca dalam membaca berita dan menangkap informasi yang diberikan oleh mereka. Jika tidak, pembacanya mungkin akan kebingungan untuk menangkap maksud dari informasi tersebut. Karena pernyataan acak yang disajikan oleh wartawan.-


Itulah sedikit hal yang bisa saya bagikan malam ini. Semoga bermanfaat. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2 Ide Abstrak

Tidak peduli apa yang orang katakan padamu, kata dan ide bisa mengubah dunia. (Robbin Williams Dari film Dead Poet's Society) Ngomong-ngomong tentang ide, saya punya dua ide abstrak. Bisa jadi dua ide ini beberapa tahun yang akan datang akan menjadi kenyataan dan akan kita temui di dunia nyata. Dua ide yang mencuat dari pikiran saya itu adalah: 1. Ada alat yang bisa merekam mimpi manusia saat ia tertidur. 2. Ada alat yang bisa memanggil dengan kata kunci tertentu saat kita membaca Koran.  Baiklah, akan saya jelaskan dulu mengapa saya sampai punya dua ide itu. Pertama , saat saya atau kita semua dalam kondisi tidur, ada waktu dimana pikiran kita berada di dunianya sendiri, yakni dunia mimpi. Saat itu kita hidup di dunia kedua kita, alam mimpi. Berbagai macam hal tak terduga dan tak terdefinisi di dunia nyata akan kita temui dalam dunia kedua itu. Bahkan, bentuk-bentuk dan rupa-rupa manusia atau makhluk hidup lainnya tak menutup kemungkinan akan kita temui pula. Ambi

Dakwah Kontekstual di Era Digital

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya globalisasi di dunia ini baik dari segi ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya telah menjadikan kehidupan manusia mengalami alienasi , keterasingan pada diri sendiri atau pada perilaku sendiri, akibat pertemuan budaya-budaya yang tidak sepenuhnya terintegrasi dalam kepribadian umat manusia. Selama masih ada manusia yang hidup di muka bumi ini, selama itu pula lah satu hal yang dinamakan Dakwah itu perlu ada bahkan wajib ada. Karena setiap muslim berkewajiban untuk berdakwah, baik sebagai kelompok maupun individu, sesuai dengan kemampuan masing-masing, dalam segi ilmu, tenaga, dan daya. Dengan derasnya arus globalisasi yang juga menimpa umat islam, pelaksanaan dakwah seperti mengejar layang-layang yang putus. Artinya hasil-hasil yang diperoleh dari dakwah selalu ketinggalan dibanding dengan maraknya kejahatan dan kemaksiatan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah konsep dakwah yang sesuai dengan perkembangan

Mengukir Senja Di Suramadu #Part 2

Lomba Blog "Ide Untuk Suramadu" Mencari Sudut Terindah Deru mesin pesawat Air Asia mulai terdengar bising disertai tangisan seorang anak kecil, yang mengaku telinganya kesakitan. Beberapa kali kursi yang kududuki ikut sedikit berguncang, saat moncong kemudian diikuti badan pesawat mulai menyentuh gumpalan-gumpalan awan putih. Ketinggian pesawat juga mulai menurun perlahan. Dua orang pramugara dan tiga pramugari mulai berdiri dari tempatnya duduk. Mereka mulai menyisir semua tempat duduk penumpang yang ada di sebelah kanan dan kirinya. Sembari terus melempar senyum, mereka berkata ramah, " Bapak, Ibu, penumpang pesawat Air Asia mohon semua alat elektroniknya dinonaktifkan. Dalam waktu lima belas menit lagi kita akan segera melakukan pendaratan. Dan mohon sabuk pengamannya dikenakan kembali. Terima kasih. " *Kurang lebih begitulah kata-kata yang kudengar dari mereka. Tapi jika kurang, ya bisa ditambah-tambah sendiri. Kalau lebih, simpan saja dah ya kelebihan