Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2010

Dakwah Kontekstual di Era Digital

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya globalisasi di dunia ini baik dari segi ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya telah menjadikan kehidupan manusia mengalami alienasi , keterasingan pada diri sendiri atau pada perilaku sendiri, akibat pertemuan budaya-budaya yang tidak sepenuhnya terintegrasi dalam kepribadian umat manusia. Selama masih ada manusia yang hidup di muka bumi ini, selama itu pula lah satu hal yang dinamakan Dakwah itu perlu ada bahkan wajib ada. Karena setiap muslim berkewajiban untuk berdakwah, baik sebagai kelompok maupun individu, sesuai dengan kemampuan masing-masing, dalam segi ilmu, tenaga, dan daya. Dengan derasnya arus globalisasi yang juga menimpa umat islam, pelaksanaan dakwah seperti mengejar layang-layang yang putus. Artinya hasil-hasil yang diperoleh dari dakwah selalu ketinggalan dibanding dengan maraknya kejahatan dan kemaksiatan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah konsep dakwah yang sesuai dengan perkembangan

Sakinah Dalam Al-Quran

Kedamaian hati seorang hamba berada pada perasaan tenangnya bersama Allah swt. Allah swt., telah menyebutkan keterangan ini dalam beberapa tempat dalam kitab-Nya. Ketenangan adalah ketertambatan hati kepada Rabb, kepercayaan hati yang kuat kepada Sang Pengasih, atau ketenangan nurani karena bertawakkal kepada yang Maha Mampu. Ketenangan adalah keteduhan emosi dan tidak memberontak. Ketenangan seperti ini adalah keadaan tenang yang bisa diraih oleh orang-orang beriman, menghindarkan mereka dari kebingungan dan tekanan keraguan serta ketidakenakan hati. Jika ditinjau dari asal katanya, maka lafadz سكينة berasal dari kata سكن yang mempunyai beberapa arti dalam Al-Quran, yakni : 1. Tenang, tentram 2. Istirahat 3. Tempat, menempati Dan secara istilah jika ditinjau dari kamus Besar Bahasa Indonesia maka tenang adalah (perasaan hati, keadaan, dan sebagainya) diam tidak berubah-ubah dan tidak bergerak-gerak, tidak gelisah, aman dan tentram. A. Hal-hal yang Dapat Menenangkan Dalam Al-Qu

NASIONALISME

KATA PENGANTAR Rasa syukur dan puji yang tak henti-hentinya kita panjatkan kepada sandaran hidup kita, Allah swt. Atas nikmat dan karunia-Nya lah pada jam, menit, dan detik ini kita masih diberi kesempatan oleh Allah untuk tetap bisa menikmati udara yang setiap waktu dapat kita hirup dan rasakan bersama tanpa ada biaya sedikitpun. Shalawat dan salam semoga tetap mengalir dan tercurahkan kepada uswah kita Sang Al-Amin, Rasulullah saw. Karena beliaulah saat ini pula kita dapat menikmati manis dan indahnya Islam. Alhamdulillah, hanya ucapan inilah yang pantas untuk terucap. Disaat waktu dan tenaga saling berkejaran demi mencapai satu tujuan, dan disaat inilah tujuan itu pada akhirnya dapat tercapai. Demi memenuhi tugas Kemuhammadiyahan II, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Dan didalam makalah ini saya akan membahas tentang salah satu faham yang juga pernah dianut oleh beberapa negara di dunia, yakni “Nasionalisme”. Semoga dengan adanya makalah dan sedikit