Langsung ke konten utama

Jangan Remehkan Mimpi - "Bertemu Orang-Orang yang Menginspirasi"

Jangan pernah meremehkan mimpi dan impian. Itulah yang pernah saya dengar dan baca. Sebuah peristiwa terjadi itu bisa jadi karena ada seseorang yang memimpikannya.

Berbicara tentang mimpi juga, saya pernah punya mimpi untuk bisa bertemu dengan orang-orang yang menginspirasi di dunia ini. Hal itu saya tuliskan setelah membaca buku "Jangan Kuliah Kalau Gak Sukses" karya Setia Furqan Khalid, waktu itu saya masih kuliah semester satu di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Setelah beberapa lama memajang tulisan impian itu di dinding kamar, satu demi satu orang-orang yang membuat saya kagum bermunculan di hadapan saya. Mereka adalah Habiburrahman El-Shirazy, Ahmad Fuadi (penulis tetralogi novel Negeri 5 Menara, Ranah 3 Warna, dan Rantau 1 Warna), Oki Setiana Dewi, Helvy Tiana Rosa, Buya Syafi'i Ma'arif, Din Samsuddin, Dahlan Iskan, Anies Baswedan, dan Tun Mahatir Muhammad. Bahkan saya juga sudah melihat dan mendengar langsung berpatah-patah kata yang disampaikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X (Gubernur DIY), Irman Gusman (Ketua DPD RI), dan Ali Ghufron Mukti (Wakil Menteri Kesehatan RI).

Kang Abik, Bang Fuadi, Mbak Helvy, dan Oki, pertemuan dengan mereka di awali dengan bergabungnya saya sebagai peserta lomba baca puisi pada Festival Timur Tengah yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Saya bisa bertemu dengan mereka karena ikut dalam workshop dan bedah buku, dengan mereka sebagai narasumbernya. Sedangkan untuk pertemuan saya dengan mbk Oki, ada kisah sendiri.

Saat itu, perlombaan di bidang baca puisi Festival Timur Tengah FIB UI sudah selesai. Tapi, masih ada beberapa perlombaan lainnya yang belum selesai. Akhirnya saya memilih untuk menunggu teman-teman yang masih dalam masa-masa menengangkan perlombaan di rumah paman dan tante saya, yang rumahnya berada di sekitar kawasan UI Depok. Kebetulan juga, paman saya menjadi salah seorang dosen di Fakultas Kedokteran UI. Setelah sehari-semalam menginap di sana, keesokan harinya saya kembali ke FIB UI. Karena pagi harinya ada bedah buku dan workshop menulis dari Bang Fuadi.

Sesampainya di halaman depan FIB, saya yang berjalan sendirian melihat kawasan FIB masih diramaikan dengan mahasiswa-mahasiswa yang menjadi peserta lomba. Ketika kaki saya mulai melangkah memasuki ruang kuliah FIB yang juga menjadi tempat lomba dan workshop, tempat itu sudah ramai. Terlebih lagi di depan pintu masuk ruangan workshop dan bedah buku. Saat itu saya pikir, keramaian itu karena mereka mengantri masuk ke dalam ruangan. Tapi setelah saya mencoba menyelinapkan tubuh kecil ini ke dalam kerumunan itu, ternyata bukan karena antri mereka ramai berkumpul di situ. Kala saya mengangkat kepala dan sedikit memiringkannya, wah! Ternyata ada artis. Ada mbak Oki Setiana Dewi berdiri tepat di samping saya. Wajahnya putih bersih. Jilbabnya terulur dan menjuntai panjang. Gamisnya yang longgar juga menutup sempurna tubuhnya. 

Selama beberapa detik saya takjub dengan pemandangan yang hadir di depan mata. Saya yang perempuan saja bisa sebegitu terpesonanya dengan keindahan kala itu. Apalagi jika laki-laki yang melihat. Pantas saja banyak yang berkerumun di sekitarnya. Pikir saya. Tapi kemudian, saya teringat dengan tujuan awal untuk mengikuti workshop dan bedah bukunya Bang Fuadi. So, saya tinggalkan saja kerumunan itu, sambil bergumam sendiri bahwa saya sudah bertemu langsung dan berdiri tepat di samping seorang artis muslimah. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengukir Senja Di Suramadu #Part 2

Lomba Blog "Ide Untuk Suramadu" Mencari Sudut Terindah Deru mesin pesawat Air Asia mulai terdengar bising disertai tangisan seorang anak kecil, yang mengaku telinganya kesakitan. Beberapa kali kursi yang kududuki ikut sedikit berguncang, saat moncong kemudian diikuti badan pesawat mulai menyentuh gumpalan-gumpalan awan putih. Ketinggian pesawat juga mulai menurun perlahan. Dua orang pramugara dan tiga pramugari mulai berdiri dari tempatnya duduk. Mereka mulai menyisir semua tempat duduk penumpang yang ada di sebelah kanan dan kirinya. Sembari terus melempar senyum, mereka berkata ramah, " Bapak, Ibu, penumpang pesawat Air Asia mohon semua alat elektroniknya dinonaktifkan. Dalam waktu lima belas menit lagi kita akan segera melakukan pendaratan. Dan mohon sabuk pengamannya dikenakan kembali. Terima kasih. " *Kurang lebih begitulah kata-kata yang kudengar dari mereka. Tapi jika kurang, ya bisa ditambah-tambah sendiri. Kalau lebih, simpan saja dah ya kelebihan...

Pesan Dari Orang Asing

Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba ada pesan masuk di inbox facebook milikku. Bukan pesan dari teman-teman yang terdaftar jadi temanku di fb. Tapi pesan itu datangnya dari seseorang yang belum aku kenal, dan dilihat dari namanya, itu seperti nama orang luar negeri. Dia pun mengirimkan pesan dalam bahasa Inggris. Dengan kemampuan bahasa Inggrisku yang terbatas ini, aku hanya mengerti bahwa dia ingin berkenalan denganku dan ingin mengirimkan pesan berikutnya melalui email. Awalnya perkenalan berjalan lancar sebagaimana mestinya. Dia seorang perempuan yang mengaku berasal dari negara Sudan, Afrika. Tapi kemudian dia berada di kamp sementara di Negara Senegal. Karena menurut yang ia ceritakan, ayah dan ibunya meninggal dunia saat terjadi kerusuhan di negara Sudan. Hingga akhirnya ia mengungsi ke Negara Senegal. Setelah menceritakan tentang kondisi keluarganya, ia memintaku untuk menceritakan padanya tentang diriku. Apa yang aku sukai, apa yang tidak aku sukai, hobi, dan aktivitasku s...

Tulisan Beritaku Dimuat Di Media Online…

Nggak nyangka..benar-benar nggak nyangka. Tulisan berita tentang Langgam Jawa yang kemarin aku buat ditemani sedikit rasa kantuk, ternyata dimuat dibeberapa media berita online. Mungkin ini salah satu keuntungannya aku berada di biro humas UMY. Meski hari pertama aku kaget dan sedikit syok mungkin. Sebab, baru hari pertama sudah disuruh untuk membuat berita. Memang sih, di bangku kuliah aku sudah mendapatkan materi kulih tentang teknik reportase, penulisan berita, penataan surat kabar, editing dan formatologi, tapi tetap saja aku masih kaget. Mungkin karena jangka waktu atau deadline pengumpulan beritanya berbeda, jadi sedikit membuatku syok. Jika di kuliah deadline berita itu 1 minggu, tapi kalau di biro humas ya 1 hari itu juga.. Tapi dari sini aku ternyata bisa belajar, bagaimana aku harus bisa menyelesaikan tulisan berita yang ditugaskn untuk selesai pada hari itu juga. Rasa kantuk, mandek mau nulis apa lagi, perut keroncongan, merasa kurang informasi pendukung beri...