Langsung ke konten utama

Analisis Framing

Beberapa waktu yang lalu, saat ada berita tentang kematian Ariel Sharon-mantan PM Israel-, aku menuliskan sebuah artikel. Sebelumnya, artikel itu aku tulis dan posting di sini. Dan juga aku posting di satu grup facebook. Kemudian, salah seorang sensei dalam grup itu (Mas Agung Pribadi-Penulis GGI) menyarankan untuk mengirimkan tulisan itu ke media massa. Setelah aku pikir-pikir lagi, akhirnya aku memberanikan diri untuk mencoba mengirimkannya. Tanpa mengharapkan untuk dimuat, langsung saja kutekan tombol kirim di email. Hasilnya, hingga sekarang, sepertinya memang belum dimuat deh. So, daripada hanya ada di grup FB, aku posting saja di sini. Semoga bermanfaat.. :)

Secuil Analisis Framing Berita "Kematian Ariel Sharon" 

Sang Jagal dari Beirut, The Bulldozer, adalah dua sebutan yang disematkan pada mantan PM Israel, Ariel Sharon. Dan pada Sabtu, (11/1) ia dinyatakan telah menghembuskan nafas terakhirnya, setelah selama 8 tahun koma (mati suri dalam bahasa Harian Republika). Sebelum saya lanjutkan lagi tulisan ini, mungkin ada baiknya jika saya membagikan lagi apa yang saya baca dari beberapa media. 
Tanggapan atas kematiannya ini juga beragam. Ada dua hal yang bisa kita lihat secara jelas. Pertama, ada pihak yang berbela sungkawa dan menyatakan kesedihannya. Kedua, ada pihak yang bergembira atas kematiannya. Dan salah satu pihak yang bergembira itu, siapa lagi jika bukan bangsa dan rakyat Palestina sendiri. Khususnya yang hidup atau pengungsi Sabra dan Shatila. 
Para pengungsi dari Sabra dan Shatila ini mengaku gembira dengan kabar kematian mantan PM Israel itu. Bahkan mereka membagi-bagikan permen pada orang-orang yang dikenalnya. Kegiatan ini mereka lakukan sebagai bentuk suka cita. 
Dalam Harian Republika dan tribunnews.com, juga diberitakan tentang hal ini. Kita ambil salah satu contoh dari tribunnews.com yang memberitakan dengan judul "Warga Kamp Pengungsi Sabra-Shatila Rayakan Kematian Ariel Sharon". Di sana dituliskan pula tentang pernyataan salah seorang pengungsinya yang bernama Adel Makki (19). Ia mengatakan bahwa dirinya sangat lega saat mengetahui Sharon meninggal dunia. 
Pertanyaannya, mengapa mereka bahagia dengan kematian seseorang? Hal ini ternyata, terkait dengan peristiwa pembantaian di Sabra dan Shatila yang terletak di sisi selatan kota Beirut. Pembantaian terhadap ratusan pria, wanita, anak-anak dan lansia itu dilakukan selama tiga hari sejak 16 September 1982. Dan parahnya lagi, pembantaian itu dilakukan di kedua kamp pengungsian itu. Pembantaian itu juga terjadi saat Ariel Sharon menjabat sebagai menteri pertahanan Israel. Kemudian setelah komisi penyelidikan Israel melakukan penyelidikan mengenai pembantaian itu, mereka menetapkan Ariel Sharon sebagai orang yang bertanggung jawab atas pembantaian itu. 
Sejak saat itulah, Ariel Sharon mendapatkan dua julukan itu. Sang Jagal dari Beirut dan The Bulldozer. Dan dari media-media massa yang ada di Indonesia, ada dua media massa yang terlihat secara jelas juga bahwa mereka tidak peduli dengan kematian orang itu. Atau secara kasarnya, ikut senang dengan kematiannya. Jika kita perhatikan melalui analisis framing ada beberapa keunikan dua media massa itu dalam menyampaikan berita ini. Secara sintaksis, dua media massa ini sama-sama meletakkan pemberitaan mengenai Ariel Sharon pada halaman pertamanya, sekalipun bukan jadi headline utama. Namun yang menjadikannya jelas terlihat ikut senang adalah dari judul dan lead berita yang ditulisnya. 
Pada media massa cetak yang beroplah dikawasan Jawa ini memuat beritanya dengan judul "Jagal dari Beirut Akhirnya Meninggal", sementara satu media cetak lainnya yang menjadi salah satu media cetak muslim terbesar memuat judul "Buldoser Israel itu Akhirnya Pergi". Dari dua judul berita yang hampir sama ini sudah bisa kita lihat bukan, kalau kematian seseorang ini memang ditunggu-ditunggu. Hal itu bisa kita perhatikan dari adanya satu kata kunci pada judul itu, yaitu kata "Akhirnya". 
Info berikutnya bisa kita lihat dari lead beritanya. Dalam beritanya yang berjudul "Jagal dari Beirut Akhirnya Meninggal" tertulis kalimat seperti ini dalam lead nya, "TEL AVIV - Ariel Sharon, mantan jenderal dan perdana menteri Israel yang koma selama delapan tahun, resmi mati pada usia 85 tahun kemarin siang waktu setempat atau tadi malam WIB (read: Sabtu, (11/1)). Sharon menderita stroke pada puncak kekuasaannya dan sejak saat itu sudah tak bisa pergi dari tempat tidur." 
Kita coba analisis dulu satu kalimat dalam lead berita di atas. Kalau kita perhatikan lagi, kita pasti menemukan satu kata yang biasanya kata-kata itu juga digunakan pada momen-momen tertentu untuk menunggu suatu kepastian sebuah perkara atau kejadian. Dalam kalimat pertama lead berita di atas, ada kata "resmi" dan "mati", kemudian digabung menjadi "resmi mati". Sekilas kita yang biasa menggunakan kata "resmi" untuk kegiatan-kegiatan formal ini, mungkin akan berkata atau mungkin tersenyum saat membaca kalimat "resmi mati" itu. Saya pun demikian. Jadi kalimat "resmi mati" itu akan terkesan memang ditunggu-tunggu. 
Sementara dalam satu media cetak satunya, secara tematik, ia memberikan informasi yang cukup banyak. Media itu menyebutkan tentang berbagai penyakit yang perlahan menyerang kesehatannya. Hingga kemudian melumpuhkan dan membuat organ tubuhnya rusak. Dari informasi ini, pembaca seakan diberi tahu bahwa sebelum kematiannya saja, Ariel Sharon sudah menderita dan mendapatkan balasan dari perbuatannya. 
Hal ini juga kemudian disambung lagi dengan penjelasan berikutnya, yang diletakkan pada bagian akhir sebelum penutup berita. Media ini menyebutkan bahwa selama Sharon menjabat sebagai petinggi militer Israel, sejarah mencatat banyak riwayat hitam yang dilakukannya, seperti pembantaian terhadap warga Palestina, Lebanon, dan Suriah. 
Bahkan media ini juga merekam pernyataan Sharon yang pernah mengakui kekejamannya. Dalam media ini juga dituliskan kutipan perkataannya sebagai berikut, "Saya tidak percaya yang namanya prinsip internasional. Saya bersumpah akan saya bakar setiap anak yang dilahirkan di daerah ini. Perempuan dan anak-anak Palestina lebih berbahaya dibandingkan para pria dewasa sebab keberadaan anak-anak Palestina menunjukkan bahwa generasi itu akan berlanjut." 
Dari kutipan pernyataan yang diletakkan pada berita itu, kemudian di tutup lagi dengan kalimat penutup, Kini, si Buldoser Israel itu telah pergi. Sudahkah terlihat oleh kita, interpretasi dari kedua media massa cetak ini dalam memberitakan kematian Ariel Sharon? Jika belum, mungkin kita bisa membaca lagi media massa lainnya. Dari sana akan terlihat jelaslah, interpretasi berbeda diantara kedua media massa ini dengan media massa lainnya. Media massa, sekalipun ia mengatakan bahwa dirinya tidak berpihak, namun sebenarnya secara tersirat mereka tetap berpihak. Dan salah satunya bisa kita perhatikan dari adanya berita ini. 
Sumber:
-http://www.tribunnews.com/internasional/2014/01/12/warga-kamp-pengungsi-sabra-shatila-rayakan-kematian-ariel-sharon  
- Harian Republika, Ahad, 12 Januari 2014- Jawa Pos, Minggu, 12 Januari 2014

Bisa juga diliat di link ini, https://www.facebook.com/groups/KomunitasBisaMenulis/permalink/646679442060617/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2 Ide Abstrak

Tidak peduli apa yang orang katakan padamu, kata dan ide bisa mengubah dunia. (Robbin Williams Dari film Dead Poet's Society) Ngomong-ngomong tentang ide, saya punya dua ide abstrak. Bisa jadi dua ide ini beberapa tahun yang akan datang akan menjadi kenyataan dan akan kita temui di dunia nyata. Dua ide yang mencuat dari pikiran saya itu adalah: 1. Ada alat yang bisa merekam mimpi manusia saat ia tertidur. 2. Ada alat yang bisa memanggil dengan kata kunci tertentu saat kita membaca Koran.  Baiklah, akan saya jelaskan dulu mengapa saya sampai punya dua ide itu. Pertama , saat saya atau kita semua dalam kondisi tidur, ada waktu dimana pikiran kita berada di dunianya sendiri, yakni dunia mimpi. Saat itu kita hidup di dunia kedua kita, alam mimpi. Berbagai macam hal tak terduga dan tak terdefinisi di dunia nyata akan kita temui dalam dunia kedua itu. Bahkan, bentuk-bentuk dan rupa-rupa manusia atau makhluk hidup lainnya tak menutup kemungkinan akan kita temui pula. Ambi

Dakwah Kontekstual di Era Digital

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya globalisasi di dunia ini baik dari segi ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya telah menjadikan kehidupan manusia mengalami alienasi , keterasingan pada diri sendiri atau pada perilaku sendiri, akibat pertemuan budaya-budaya yang tidak sepenuhnya terintegrasi dalam kepribadian umat manusia. Selama masih ada manusia yang hidup di muka bumi ini, selama itu pula lah satu hal yang dinamakan Dakwah itu perlu ada bahkan wajib ada. Karena setiap muslim berkewajiban untuk berdakwah, baik sebagai kelompok maupun individu, sesuai dengan kemampuan masing-masing, dalam segi ilmu, tenaga, dan daya. Dengan derasnya arus globalisasi yang juga menimpa umat islam, pelaksanaan dakwah seperti mengejar layang-layang yang putus. Artinya hasil-hasil yang diperoleh dari dakwah selalu ketinggalan dibanding dengan maraknya kejahatan dan kemaksiatan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah konsep dakwah yang sesuai dengan perkembangan

Mengukir Senja Di Suramadu #Part 2

Lomba Blog "Ide Untuk Suramadu" Mencari Sudut Terindah Deru mesin pesawat Air Asia mulai terdengar bising disertai tangisan seorang anak kecil, yang mengaku telinganya kesakitan. Beberapa kali kursi yang kududuki ikut sedikit berguncang, saat moncong kemudian diikuti badan pesawat mulai menyentuh gumpalan-gumpalan awan putih. Ketinggian pesawat juga mulai menurun perlahan. Dua orang pramugara dan tiga pramugari mulai berdiri dari tempatnya duduk. Mereka mulai menyisir semua tempat duduk penumpang yang ada di sebelah kanan dan kirinya. Sembari terus melempar senyum, mereka berkata ramah, " Bapak, Ibu, penumpang pesawat Air Asia mohon semua alat elektroniknya dinonaktifkan. Dalam waktu lima belas menit lagi kita akan segera melakukan pendaratan. Dan mohon sabuk pengamannya dikenakan kembali. Terima kasih. " *Kurang lebih begitulah kata-kata yang kudengar dari mereka. Tapi jika kurang, ya bisa ditambah-tambah sendiri. Kalau lebih, simpan saja dah ya kelebihan