Masih ingatkah sahabat tentang kejadian beberapa minggu terakhir di
media massa? Entah itu dalam pemberitaan dimedia cetak ataupun
elektronik, beberapa daerah di negeri kita ini digoncangkan dengan
sebuah peristiwa yang cukup menghebohkan. Namun, untuk kalangan
mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), terutama yang
tinggal di asrama UMY (UNIRES), peristiwa itu adalah kejadian yang sudah
biasa dialami oleh mereka.
Sahabat tentunya sudah pada kenal dan pernah mendengar tentang seekor binatang atau serangga yang bernama Tomcat atau kalau anak UNIRES putri menyebutnya serangga Blaster (lebih keren nama yang dikasih anak UNIRES ya..^_^). Kenapa disebut Blaster? Coz, serangganya punya warna yang belang-belang merah dan hitam. Apa sebenarnya Tomcat itu? Dan apakah benar bahwa Tomcat itu berbahaya?
Tomcat atau Blaster yang memiliki nama ilmiah Paederus Littoralis atau disebut juga dengan Kumbang Rove (Rove Beetle) atau dengan nama lain Semut Semai, Semut Kayap, atau Charlie, adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang merupakan genus kecil dalam keluarga besar kumbang (Staphylinidae)yang termasuk keluarga kumbang pengembara. Dengan lebih dari 46.000 spesies dalam ribuan generasi, kelompok ini adalah keluarga terbesar kedua kumbang setelah Curculionidae (kumbang yang sebenarnya). Dan serangga Tomcat ini juga termasuk dalam kelompok serangga kuno.
Spesies Paederus ini tersebar luas di seluruh dunia. Mereka jauh lebih berwarna cerah daripada kumbang pengembara lainnya. Meskipun kumbang pengembara dewasa cenderung menghindari cahaya siang hari, spesies Paederus seperti Tomcat ini ternyata juga aktif di siang hari dan akan lebih tertarik pada cahaya terang saat malam tiba.
Paederus atau Tomcat ini akan dapat dengan mudah kita temukan di tempat-tempat lembab seperti kayu-kayu yang sudah mati, galengan sawah, tepi sungai, daerah rawa, dan hutan. Karena disitulah habitat mereka.
Dan jika kita pelajari lebih mendalam, sebenarnya Tomcat ini tidaklah membahayakan seperti pemberitaan di media massa selama ini. Serangga ini justru bersifat pasif pada manusia, namun akan agresif jika diusik dengan kasar.
Tomcat merupakan musuh alami hama-hama pada tanaman padi, jagung, kedelai, kacang-kacangan, sayuran dan sebagainya. Ini karena serangga tersebut merupakan predator alami bersifat polifag yang memangsa hama antara lain hama wereng batang coklat, wereng punggung putih, dan wereng hijau. Dalam sehari Tomcat juga bisa memakan hama sekitar 3-7 ekor wereng.
Karena manfaatnya terletak pada sisi pertanian, maka Tomcat ini seharusnya dilestarikan karena dapat mengendalikan populasi hama, sehingga tidak meledak dan mengganggu tanaman petani. Bahkan ada juga penemuan baru dalam dunia medis yang menyatakan bahwa cairan paderin dalam tubuh Tomcat dapat berfungsi sebagai anti kanker. Namun masih belum ada penelitian berlanjut mengenai hal tersebut.
Mengenai Tomcat yang dapat menyebabkan luka pada kulit kita, sebenarnya hal ini hanya akan terjadi bila Tomcat diganggu seperti dipukul atau digencet. Maka cairan racun paderin yang ada dalam tubuh Tomcat tersebut akan keluar karena tubuhnya telah pecah.
Oleh sebab itu, issu tentang Tomcat yang berbahaya sebenarnya tidak perlu diresahkan lagi. Jika kita menemukan Tomcat sebaiknya tidak langsung dibunuh, tapi cukup diusir saja dengan cara disentil atau ditiup perlahan sehingga Tomcat terbang sendiri.
Sahabat tentunya sudah pada kenal dan pernah mendengar tentang seekor binatang atau serangga yang bernama Tomcat atau kalau anak UNIRES putri menyebutnya serangga Blaster (lebih keren nama yang dikasih anak UNIRES ya..^_^). Kenapa disebut Blaster? Coz, serangganya punya warna yang belang-belang merah dan hitam. Apa sebenarnya Tomcat itu? Dan apakah benar bahwa Tomcat itu berbahaya?
Tomcat atau Blaster yang memiliki nama ilmiah Paederus Littoralis atau disebut juga dengan Kumbang Rove (Rove Beetle) atau dengan nama lain Semut Semai, Semut Kayap, atau Charlie, adalah kelompok utama dari hewan beruas (Arthropoda) yang merupakan genus kecil dalam keluarga besar kumbang (Staphylinidae)yang termasuk keluarga kumbang pengembara. Dengan lebih dari 46.000 spesies dalam ribuan generasi, kelompok ini adalah keluarga terbesar kedua kumbang setelah Curculionidae (kumbang yang sebenarnya). Dan serangga Tomcat ini juga termasuk dalam kelompok serangga kuno.
Spesies Paederus ini tersebar luas di seluruh dunia. Mereka jauh lebih berwarna cerah daripada kumbang pengembara lainnya. Meskipun kumbang pengembara dewasa cenderung menghindari cahaya siang hari, spesies Paederus seperti Tomcat ini ternyata juga aktif di siang hari dan akan lebih tertarik pada cahaya terang saat malam tiba.
Paederus atau Tomcat ini akan dapat dengan mudah kita temukan di tempat-tempat lembab seperti kayu-kayu yang sudah mati, galengan sawah, tepi sungai, daerah rawa, dan hutan. Karena disitulah habitat mereka.
Dan jika kita pelajari lebih mendalam, sebenarnya Tomcat ini tidaklah membahayakan seperti pemberitaan di media massa selama ini. Serangga ini justru bersifat pasif pada manusia, namun akan agresif jika diusik dengan kasar.
Tomcat merupakan musuh alami hama-hama pada tanaman padi, jagung, kedelai, kacang-kacangan, sayuran dan sebagainya. Ini karena serangga tersebut merupakan predator alami bersifat polifag yang memangsa hama antara lain hama wereng batang coklat, wereng punggung putih, dan wereng hijau. Dalam sehari Tomcat juga bisa memakan hama sekitar 3-7 ekor wereng.
Karena manfaatnya terletak pada sisi pertanian, maka Tomcat ini seharusnya dilestarikan karena dapat mengendalikan populasi hama, sehingga tidak meledak dan mengganggu tanaman petani. Bahkan ada juga penemuan baru dalam dunia medis yang menyatakan bahwa cairan paderin dalam tubuh Tomcat dapat berfungsi sebagai anti kanker. Namun masih belum ada penelitian berlanjut mengenai hal tersebut.
Mengenai Tomcat yang dapat menyebabkan luka pada kulit kita, sebenarnya hal ini hanya akan terjadi bila Tomcat diganggu seperti dipukul atau digencet. Maka cairan racun paderin yang ada dalam tubuh Tomcat tersebut akan keluar karena tubuhnya telah pecah.
Oleh sebab itu, issu tentang Tomcat yang berbahaya sebenarnya tidak perlu diresahkan lagi. Jika kita menemukan Tomcat sebaiknya tidak langsung dibunuh, tapi cukup diusir saja dengan cara disentil atau ditiup perlahan sehingga Tomcat terbang sendiri.
(kiena) Dari berbagai sumber.
Komentar
Posting Komentar