Sedikit tergelitik dengan beberapa postingan di fb, terkait Hari Sumpah Pemuda. Isi dari Sumpah Pemuda memang ada 3 hal, yakni Tanah Air Indonesia, Bangsa Indonesia, dan Bahasa Indonesia. Untuk tanah air dan bangsa Indonesia, sudah jelas kita semua mengakui akan adanya. Tapi bagaimana dengan bahasa Indonesia?
Nah, itulah yang akan sedikit kita bahas di sini. Bahasa Indonesia, bahasa kesatuan para putra-putri, rakyat dan masyarakat Indonesia. Bahasa yang menyatukan berbagai macam suku yang bertebaran dari Sabang sampai Merauke. Dulu, bahasa Indonesia masih menggunakan ejaan lama, seperti kata "dulu itu sendiri yang masih berejakan "doeloe". Tapi kemudian pada tahun 1967, Pusat Bahasa yang dulunya bernama Lembaga Bahasa dan Kesustraan, mengubah ejaan lama itu menjadi Ejaan Baru. Singkat cerita, melalui Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, berlakulah Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, atau yang kita kenal dengan istilah EYD.
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ini, masih terus berlaku hingga sekarang. Namun, apa yang terjadi setelah sekian lama EYD bergaung di tanah air dan bangsa Indonesia ini?! Kian waktu, kian hari, EYD mulai beralih. Bukan lagi sebagai Ejaan Yang Disempurnakan, tapi berubah menjadi Ejaan Yang Dikacaukan (mengutip karikatur dari koran Jawa Pos edisi Selasa, 28 Oktober 2014). Mau contohnya? "Kepo", "Loe-Gue", "Woles aja Bro!", "ayas", "5uMp4h p3Mud4" (tulisan ini baru saya temukan lagi) atau tulisan-tulisan sejenis, huruf S berubah jadi angka 5, A = 4, E = 3, g = 9, dll.
Lantas, apa hubungannya dengan Sumpah Pemuda? Begini, sepengetahuan saya, Sumpah Pemuda itu merupakan bukti dari kesungguhan dan perjuangan pemuda-pemuda sebelum kita, untuk mendirikan negara Indonesia. 3 hal yang diikrarkan oleh para pemuda kala itu, menjadi bukti bahwa mereka sangat peduli dengan adanya negara Indonesia ini, termasuk di dalamnya menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Tapi, jika kemudian bahasa Indonesia yang sudah setengah mati dijunjung oleh pemuda-pemuda sebelum kita ini dikacaukan penggunaan dan ejaannya, bagaimana kita akan mengatakan bahwa bahasa Indonesia yang saat ini kita gunakan merupakan bahasa Indonesia yang dahulu amat dijunjung oleh orang-orang sebelum kita?!
Padahal, Bahasa Indonesia ini saat ini sudah direncanakan untuk bisa menjadi salah satu bahasa Internasional. Jika nantinya sudah menjadi salah satu bahasa Internasional, EYD tentunya akan menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan oleh semua orang. Karena EYD menjadi salah satu sarana kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, baik lisan maupun tulisan. Kalau bahasa Indonesia yang kita gunakan ternyata adalah EYD yang dikacaukan itu, komunikasi yang akan kita lakukan mungkin saja tidak akan efektif. Sebab, tidak semua orang mengerti bahasa Indonesia dari ejaan yang dikacaukan itu.
Karena itu, kita memang sebaiknya belajar lagi. Belajar untuk menggunakan EYD itu secara benar. Terlebih lagi bagi yang mengaku pelajar, mahasiswa, atau akademisi. Akan lucu dan aneh rasanya jika ternyata kita, yang mengaku akademisi ini, masih terbata-bata menggunakan EYD, khususnya dalam membuat karya ilmiah atau dalam penulisan-penulisan lainnya. Semoga kita bisa turut berperan dalam hari Sumpah Pemuda ini, dengan melestarikan bahasa Indonesia yang benar-benar berasal dari tanah air dan bangsa Indonesia. ^_^
Nah, itulah yang akan sedikit kita bahas di sini. Bahasa Indonesia, bahasa kesatuan para putra-putri, rakyat dan masyarakat Indonesia. Bahasa yang menyatukan berbagai macam suku yang bertebaran dari Sabang sampai Merauke. Dulu, bahasa Indonesia masih menggunakan ejaan lama, seperti kata "dulu itu sendiri yang masih berejakan "doeloe". Tapi kemudian pada tahun 1967, Pusat Bahasa yang dulunya bernama Lembaga Bahasa dan Kesustraan, mengubah ejaan lama itu menjadi Ejaan Baru. Singkat cerita, melalui Keputusan Presiden No. 57 tahun 1972, berlakulah Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan, atau yang kita kenal dengan istilah EYD.
Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan ini, masih terus berlaku hingga sekarang. Namun, apa yang terjadi setelah sekian lama EYD bergaung di tanah air dan bangsa Indonesia ini?! Kian waktu, kian hari, EYD mulai beralih. Bukan lagi sebagai Ejaan Yang Disempurnakan, tapi berubah menjadi Ejaan Yang Dikacaukan (mengutip karikatur dari koran Jawa Pos edisi Selasa, 28 Oktober 2014). Mau contohnya? "Kepo", "Loe-Gue", "Woles aja Bro!", "ayas", "5uMp4h p3Mud4" (tulisan ini baru saya temukan lagi) atau tulisan-tulisan sejenis, huruf S berubah jadi angka 5, A = 4, E = 3, g = 9, dll.
Lantas, apa hubungannya dengan Sumpah Pemuda? Begini, sepengetahuan saya, Sumpah Pemuda itu merupakan bukti dari kesungguhan dan perjuangan pemuda-pemuda sebelum kita, untuk mendirikan negara Indonesia. 3 hal yang diikrarkan oleh para pemuda kala itu, menjadi bukti bahwa mereka sangat peduli dengan adanya negara Indonesia ini, termasuk di dalamnya menjunjung tinggi bahasa persatuan, Bahasa Indonesia. Tapi, jika kemudian bahasa Indonesia yang sudah setengah mati dijunjung oleh pemuda-pemuda sebelum kita ini dikacaukan penggunaan dan ejaannya, bagaimana kita akan mengatakan bahwa bahasa Indonesia yang saat ini kita gunakan merupakan bahasa Indonesia yang dahulu amat dijunjung oleh orang-orang sebelum kita?!
Padahal, Bahasa Indonesia ini saat ini sudah direncanakan untuk bisa menjadi salah satu bahasa Internasional. Jika nantinya sudah menjadi salah satu bahasa Internasional, EYD tentunya akan menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan oleh semua orang. Karena EYD menjadi salah satu sarana kita dalam berkomunikasi dengan orang lain, baik lisan maupun tulisan. Kalau bahasa Indonesia yang kita gunakan ternyata adalah EYD yang dikacaukan itu, komunikasi yang akan kita lakukan mungkin saja tidak akan efektif. Sebab, tidak semua orang mengerti bahasa Indonesia dari ejaan yang dikacaukan itu.
Karena itu, kita memang sebaiknya belajar lagi. Belajar untuk menggunakan EYD itu secara benar. Terlebih lagi bagi yang mengaku pelajar, mahasiswa, atau akademisi. Akan lucu dan aneh rasanya jika ternyata kita, yang mengaku akademisi ini, masih terbata-bata menggunakan EYD, khususnya dalam membuat karya ilmiah atau dalam penulisan-penulisan lainnya. Semoga kita bisa turut berperan dalam hari Sumpah Pemuda ini, dengan melestarikan bahasa Indonesia yang benar-benar berasal dari tanah air dan bangsa Indonesia. ^_^
Hwaaa! Benar, sekarang anehnya tambah alay kian menyatakan diri keren. Hikz ...
BalasHapushehe.. ya begitulah mbak Khulatul.. zamannya sudah berubah, jadi zaman alay. dari yang masih kecil sampai yang udah berkepala 5 udah terbawa arus kealayan. hehehe
Hapus