Langsung ke konten utama

Sebuah Ungkapan Hati

Teruntuk teman-teman terbaikku, Realis Putri.

Ingin kuungkapkan satu hal pada kalian. Emm...


Tiba-tiba saja aku merasa rindu dengan pesantren dan segala hal tentangnya. Kadang ada rasa penyesalan juga di hati, karena tak punya lebih banyak waktu bercengkrama dengan kalian. Khususnya teman-teman Realis putri.

Hm...yah, kalian tahu kan, dulu tempat tinggalku (asrama) terpisah sekitar 1 km dengan kalian. Canda tawa yang tercipta saat itu pun hanya singkat. Aku justru merasa seperti hidup di pesantren lain, yang lingkupnya lebih kecil, dengan orang-orang yang juga tak seberapa jumlahnya. Tapi satu hal yang mungkin menjadi lucu, karena asrama yang kutempati itu berdekatan jarak dengan asrama putra, jadilah terkadang aku menerima selentingan-selentingan dan ungkapan-ungkapan salam yang tak pernah sampai pada diri yang dituju. Hehehe. Terlebih lagi, jika dulu pernah ada yang merasa iri karena asramaku berada tepat di asrama putra, aku mohon maaf. Bukan maksud hati untuk menjauh dari kalian, tapi mungkin karena saat itu aku merasa harus melakukan hal itu.

Walaupun begitu, aku tetap mengerti resiko apa yang akan kutemui. Waktu bersama kalian kuhabiskan lebih singkat dari yang lain. Bahkan ketika itu, aku ragu siapa sebenarnya sahabat terdekatku. Karena aku hanya bisa menemui kalian dari menjelang masuk kelas hingga jam sekolah usai. Selebihnya, saat malam hari, aku tak bisa bersama kalian.

Sejujurnya, aku merasa kasihan pada diriku sendiri. Saat semuanya bercerita bagaimana kehidupannya di pesantren, hal-hal yang paling dirindukan, orang-orang yang paling dirindukan, kenangan paling indah dan lucu, lantas aku bertanya pada diriku sendiri, "How about me? Apa yang bisa kuungkapkan?".

Dalam hitungan hari dan waktu yang merangkak maju dengan cepat, masih tak kutemukan juga apa yang akan kukatakan. Hingga saatnya tiba untukku menyampaikan apa yang mesti disampaikan, aku masih merasa seolah belum ada yang bisa kukatakan. Mungkin, dari sekian banyak hal yang terlontar dari kalian, hanya kenanganku saja yang terlihat membosankan.

Ya. Tak banyak memang kenangan indah yang bisa kuciptakan bersama kalian, teman-temanku. Bahkan, untuk menuliskan hal ini pun saat ini, aku masih belum bisa menuliskannya sepanjang tulisan cerpen dan novel. Ini mungkin hanya jadi sedikit tulisan yang tak berarti apa-apa.

Hanya saja, bagiku, kalian tetap teman-teman terbaik dan anugerah terindah dalam hidupku. Terima kasih telah hadir mewarnai kehidupanku. Terima kasih juga atas semua pelajaran berharga yang kalian berikan padaku. Ingin sekali rasanya mengulang kebersamaan kita yang singkat itu, sekalipun hanya dalam satu pejaman mata. Terima kasih untuk semuanya... aku merindukan kalian... semoga masih ada waktu, untuk kita bertemu kembali.



Yogyakarta, 22 Juni 2015



Komentar

Postingan populer dari blog ini

2 Ide Abstrak

Tidak peduli apa yang orang katakan padamu, kata dan ide bisa mengubah dunia. (Robbin Williams Dari film Dead Poet's Society) Ngomong-ngomong tentang ide, saya punya dua ide abstrak. Bisa jadi dua ide ini beberapa tahun yang akan datang akan menjadi kenyataan dan akan kita temui di dunia nyata. Dua ide yang mencuat dari pikiran saya itu adalah: 1. Ada alat yang bisa merekam mimpi manusia saat ia tertidur. 2. Ada alat yang bisa memanggil dengan kata kunci tertentu saat kita membaca Koran.  Baiklah, akan saya jelaskan dulu mengapa saya sampai punya dua ide itu. Pertama , saat saya atau kita semua dalam kondisi tidur, ada waktu dimana pikiran kita berada di dunianya sendiri, yakni dunia mimpi. Saat itu kita hidup di dunia kedua kita, alam mimpi. Berbagai macam hal tak terduga dan tak terdefinisi di dunia nyata akan kita temui dalam dunia kedua itu. Bahkan, bentuk-bentuk dan rupa-rupa manusia atau makhluk hidup lainnya tak menutup kemungkinan akan kita temui pula. Ambi

Dakwah Kontekstual di Era Digital

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya globalisasi di dunia ini baik dari segi ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya telah menjadikan kehidupan manusia mengalami alienasi , keterasingan pada diri sendiri atau pada perilaku sendiri, akibat pertemuan budaya-budaya yang tidak sepenuhnya terintegrasi dalam kepribadian umat manusia. Selama masih ada manusia yang hidup di muka bumi ini, selama itu pula lah satu hal yang dinamakan Dakwah itu perlu ada bahkan wajib ada. Karena setiap muslim berkewajiban untuk berdakwah, baik sebagai kelompok maupun individu, sesuai dengan kemampuan masing-masing, dalam segi ilmu, tenaga, dan daya. Dengan derasnya arus globalisasi yang juga menimpa umat islam, pelaksanaan dakwah seperti mengejar layang-layang yang putus. Artinya hasil-hasil yang diperoleh dari dakwah selalu ketinggalan dibanding dengan maraknya kejahatan dan kemaksiatan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah konsep dakwah yang sesuai dengan perkembangan

Mengukir Senja Di Suramadu #Part 2

Lomba Blog "Ide Untuk Suramadu" Mencari Sudut Terindah Deru mesin pesawat Air Asia mulai terdengar bising disertai tangisan seorang anak kecil, yang mengaku telinganya kesakitan. Beberapa kali kursi yang kududuki ikut sedikit berguncang, saat moncong kemudian diikuti badan pesawat mulai menyentuh gumpalan-gumpalan awan putih. Ketinggian pesawat juga mulai menurun perlahan. Dua orang pramugara dan tiga pramugari mulai berdiri dari tempatnya duduk. Mereka mulai menyisir semua tempat duduk penumpang yang ada di sebelah kanan dan kirinya. Sembari terus melempar senyum, mereka berkata ramah, " Bapak, Ibu, penumpang pesawat Air Asia mohon semua alat elektroniknya dinonaktifkan. Dalam waktu lima belas menit lagi kita akan segera melakukan pendaratan. Dan mohon sabuk pengamannya dikenakan kembali. Terima kasih. " *Kurang lebih begitulah kata-kata yang kudengar dari mereka. Tapi jika kurang, ya bisa ditambah-tambah sendiri. Kalau lebih, simpan saja dah ya kelebihan