Langsung ke konten utama

Yang "Mengajukan" Tidak Sama Dengan Yang "Diajukan"

Menjelang pesta demokrasi 2014 beberapa orang terlihat begitu gencar mempromosikan dirinya dan juga partainya, agar bisa terpilih sebagai pucuk pimpinan di negeri ini. Baliho, pamflet, selebaran kampanye bertebaran dimana-mana, baik itu yang terpampang di persimpangan jalan, di pinggir jalan, atau pun di tengah jalan (mungkin) hampir selalu bisa terlihat dengan mata telanjang kita. Bahkan, ada juga pamflet atau selebaran yang entah karena itu sengaja atau tidak, tersebar di kalangan mahasiswa yang tengah duduk manis mendengarkan seminar-seminar. Selain itu, ada pula yang memanfaatkan media massa miliknya untuk mempromosikan dirinya sebagai pemimpin masa depan bangsa. Hanya orang-orang yang berkantong lebih sepertinya yang bisa mengupayakan cara-cara semacam itu agar bisa dikenal oleh publik, demi mencapai keinginannya sebagai seorang presiden. 


Berbicara calon presiden 2014 mendatang, kita juga bisa melihat dua sisi yang berbeda dari para calon ini. Ada calon presiden yang memang mengajukan dirinya sendiri sebagai calon dari partainya, dan ada juga calon presiden yang diajukan oleh partai. Antara orang yang "mengajukan" dirinya dengan yang "diajukan" ternyata memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Calon presiden yang "mengajukan" dirinya, lebih sering kita lihat berada di mana-mana. Kita bisa melihat mereka tiba-tiba muncul di hadapan kita saat kita tengah berada dalam perjalanan, terkadang juga tiba-tiba "nongol" di samping kita, atau juga muncul saat kita sedang menikmati tayangan di media massa.

Sedangkan bagi calon presiden yang "diajukan", kita jarang sekali atau mungkin tidak pernah melihatnya tiba-tiba muncul dengan berbagai kata-kata manis yang ditunjukkannya di persimpangan jalan, pinggir jalan, tengah jalan (mungkin), atau pun di media massa untuk mempromosikan dirinya sebagai calon presiden 2014. Mungkin kita akan lebih banyak tahu tentang mereka saat mereka diwawancara di televisi atau koran, atau saat mereka tengah menjadi pembicara dalam sebuah seminar. Sungguh sangat berbeda bukan dua sisi pencalonan presiden 2014 ini?!

Hal lain juga yang mungkin perlu kita perhatikan dari para calon yang 'mencalonkan' diri itu, yaitu integritas dan elektabilitasnya. Bagaimana kalau misalkan yang mencalonkan diri itu nyata-nyata kita tahu bahwa dia masih memiliki tanggung jawab yang belum usai, seperti kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo. Sudah berapa tahunkah kasus itu belum juga usai? Bahkan pemberitaan tentang kasus itu sekarang juga sudah mulai hilang. Mungkinkah juga kita bisa memilih seorang pemimpin yang untuk menyelesaikan kasus lapindo itu saja, hingga kini masih belum juga usai.

Kemudian jika kita coba melihat para calon yang "dicalonkan" itu sepertinya mereka memang memiliki kemampuan di bidang yang mereka geluti saat ini, seperti bidang pendidikan, hukum, ekonomi. Dan jika saya boleh memilih, orang-orang seperti mereka inilah yang sepatutnya menjadi pemimpin di negeri ini, karena mungkin saja dengan begitu bangsa ini bisa menjadi lebih baik. Namun mungkin kita juga membutuhkan pemimpin yang berani untuk cepat mengambil keputusan. Sebuah keputusan yang akan membuat rakyat serta bangsanya bahagia dan sejahtera. Bukan keputusan yang semata hanya membuat pemimpin, mitra, atau negara lain bahagia dan merasa diuntungkan!

Karena itu, kita memang perlu berpikir ulang jika nanti kita diharuskan untuk kembali memilih pemimpin bagi negeri kita tercinta ini. Agar kenangan-kenangan pahit yang pernah terjadi tidak lagi terulang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengukir Senja Di Suramadu #Part 2

Lomba Blog "Ide Untuk Suramadu" Mencari Sudut Terindah Deru mesin pesawat Air Asia mulai terdengar bising disertai tangisan seorang anak kecil, yang mengaku telinganya kesakitan. Beberapa kali kursi yang kududuki ikut sedikit berguncang, saat moncong kemudian diikuti badan pesawat mulai menyentuh gumpalan-gumpalan awan putih. Ketinggian pesawat juga mulai menurun perlahan. Dua orang pramugara dan tiga pramugari mulai berdiri dari tempatnya duduk. Mereka mulai menyisir semua tempat duduk penumpang yang ada di sebelah kanan dan kirinya. Sembari terus melempar senyum, mereka berkata ramah, " Bapak, Ibu, penumpang pesawat Air Asia mohon semua alat elektroniknya dinonaktifkan. Dalam waktu lima belas menit lagi kita akan segera melakukan pendaratan. Dan mohon sabuk pengamannya dikenakan kembali. Terima kasih. " *Kurang lebih begitulah kata-kata yang kudengar dari mereka. Tapi jika kurang, ya bisa ditambah-tambah sendiri. Kalau lebih, simpan saja dah ya kelebihan...

Pesan Dari Orang Asing

Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba ada pesan masuk di inbox facebook milikku. Bukan pesan dari teman-teman yang terdaftar jadi temanku di fb. Tapi pesan itu datangnya dari seseorang yang belum aku kenal, dan dilihat dari namanya, itu seperti nama orang luar negeri. Dia pun mengirimkan pesan dalam bahasa Inggris. Dengan kemampuan bahasa Inggrisku yang terbatas ini, aku hanya mengerti bahwa dia ingin berkenalan denganku dan ingin mengirimkan pesan berikutnya melalui email. Awalnya perkenalan berjalan lancar sebagaimana mestinya. Dia seorang perempuan yang mengaku berasal dari negara Sudan, Afrika. Tapi kemudian dia berada di kamp sementara di Negara Senegal. Karena menurut yang ia ceritakan, ayah dan ibunya meninggal dunia saat terjadi kerusuhan di negara Sudan. Hingga akhirnya ia mengungsi ke Negara Senegal. Setelah menceritakan tentang kondisi keluarganya, ia memintaku untuk menceritakan padanya tentang diriku. Apa yang aku sukai, apa yang tidak aku sukai, hobi, dan aktivitasku s...

Tulisan Beritaku Dimuat Di Media Online…

Nggak nyangka..benar-benar nggak nyangka. Tulisan berita tentang Langgam Jawa yang kemarin aku buat ditemani sedikit rasa kantuk, ternyata dimuat dibeberapa media berita online. Mungkin ini salah satu keuntungannya aku berada di biro humas UMY. Meski hari pertama aku kaget dan sedikit syok mungkin. Sebab, baru hari pertama sudah disuruh untuk membuat berita. Memang sih, di bangku kuliah aku sudah mendapatkan materi kulih tentang teknik reportase, penulisan berita, penataan surat kabar, editing dan formatologi, tapi tetap saja aku masih kaget. Mungkin karena jangka waktu atau deadline pengumpulan beritanya berbeda, jadi sedikit membuatku syok. Jika di kuliah deadline berita itu 1 minggu, tapi kalau di biro humas ya 1 hari itu juga.. Tapi dari sini aku ternyata bisa belajar, bagaimana aku harus bisa menyelesaikan tulisan berita yang ditugaskn untuk selesai pada hari itu juga. Rasa kantuk, mandek mau nulis apa lagi, perut keroncongan, merasa kurang informasi pendukung beri...