Langsung ke konten utama

Populasi Manusia dalam Inferno




Ohayo Gozaimasu...
Anyonghaseo...
Met pagi semua pembaca blogger... :)

Siapa nih diantara para pembaca yang juga menjadi pembaca setianya karya Dan Brown? Pasti udah pada kenal khan, siapa itu Dan Brown....?! :) Yup, Dan Brown itu penulis buku fiksi yang ceritanya penuh misteri dan simbol-simbol paling terkenal. Dia juga menulis novel Digital Fortes, Deception Point, The Davinci Code, Angels and Demons, The Lost Symbol dan Inferno. Dan Brown ini mulai dikenal dunia luas setelah novelnya yang berjudul The Davinci Code menjadi novel fiksi Best Seller Internasional. Setelah itu, berturut-turut karyanya yang berjudul Angels and Demons, dan The Lost Symbol menjadi novel luar negeri pertama yang paling banyak diburu oleh para pecinta novel fiksi misteri.

Novel terbarunya Dan Brown berjudul Inferno, yang menceritakan tentang misteri dibalik topeng Dante Alighieri (1265-1321), seorang seniman sekaligus sastrawan yang menciptakan sebuah puisi tentang kehidupan setelah kematian. Inferno sendiri itu berarti neraka, dan Dante yang sudah menjelajahi dunia setelah kematian itu menceritakan keseraman dari Inferno. Karya Dante tentang Inferno itu kemudian banyak dikenal dan menjadi inspirasi bagi seniman setelahnya, yang kemudian mereka menciptakan sebuah karya seni berupa gambaran dari Infernonya Dante.

Dalam novel Inferno karya Dan Brown ini, ada satu pesan yang mungkin bisa jadi akan membuat kita berpikir lagi setelah menuntaskan ceritanya. Ia bercerita tentang populasi manusia di dunia yang semakin banyak, tapi dibungkus rapi dengan misteri dibalik karya serta topeng wajahnya Dante Alighieri. Populasi manusia yang semakin meningkat itu menurut Betrand Zombrist, seorang dokter yang mempunyai gagasan 'gila', bisa menyebabkan kehancuran pada bumi. Karena jika jumlah manusia semakin meningkat, bumi tidak akan sanggup menanggung bebannya. Semakin bertambah jumlah manusia, maka semakin langka juga kebutuhan yang tersedia. Karena itu, menurutnya, manusia harus 'dimusnahkan', agar beban bumi berkurang dan pada tahap berikutnya kehidupan manusia yang baru akan dimulai.

Singkat cerita, di akhir cerita, Prof. Robert Langdon mengetahui bahwa ternyata Betrand bukan menciptakan penyakit yang bisa mematikan manusia. Tapi lebih berbahaya dari itu. Sienna Brooks, dokter dengan kecerdesan intelektual luar biasa dengan IQ 208 yang menemukan cairan yang dianggap wabah mematikan itu. Sienna menjelaskan pada Prof. Langdon bahwa cairan itu bukan cairan penyakit, tapi itu adalah cairan yang bisa merubah stuktur DNA manusia, dan penyebarannya bisa melalui udara. Sienna juga mengatakan jika cairan itu sudah masuk ke dalam tubuh manusia dan mulai merubah DNA manusia, maka efek yang mengerikan akan terjadi pada tubuh itu. Manusia yang sudah terinfeksi tidak akan bisa memiliki keturunan, dengan kata lain, manusia akan 'mandul'.

Betrand menciptakan cairan itu ternyata bukan untuk membunuh manusia. Namun lebih dari itu, dia ingin membersihkan umat manusia dari muka bumi dengan cara itu. Jika manusia tidak bisa memiliki keturunan, maka populasi manusia akan menurun seiring semakin tersebarnya virus itu. Akan tetapi, ternyata virus itu hanya akan menginfeksi kelompok-kelompok manusia tertentu. Tapi tetap saja, Prof. Langdon, Sienna, dan Dr. Elizabeth (direktur WHO) tetap ingin mencari jalan keluar agar virus itu bisa dilawan dan disembuhkan.

Kemudian, tepat hari ini, setelah membaca berita terkini di koran, ada satu berita yang menyebutkan 20.000 perempuan di bawah 18 tahun melahirkan di setiap harinya. Saya cukup tercengang saat membaca judul berita itu. Sekejap pikiran saya langsung tertuju pada cerita Infernonya Dan Brown. Cerita Dan Brown ini sepertinya memang diangkat dari fakta. Sebuah fakta yang mengatakan bahwa pertumbuhan umat manusia di muka bumi, semakin hari semakin bertambah. Mungkinkah apa yang dituliskan oleh Dan Brown itu suatu saat nanti bisa saja terjadi sungguhan? Hanya waktu sepertinya yang akan menjawabnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2 Ide Abstrak

Tidak peduli apa yang orang katakan padamu, kata dan ide bisa mengubah dunia. (Robbin Williams Dari film Dead Poet's Society) Ngomong-ngomong tentang ide, saya punya dua ide abstrak. Bisa jadi dua ide ini beberapa tahun yang akan datang akan menjadi kenyataan dan akan kita temui di dunia nyata. Dua ide yang mencuat dari pikiran saya itu adalah: 1. Ada alat yang bisa merekam mimpi manusia saat ia tertidur. 2. Ada alat yang bisa memanggil dengan kata kunci tertentu saat kita membaca Koran.  Baiklah, akan saya jelaskan dulu mengapa saya sampai punya dua ide itu. Pertama , saat saya atau kita semua dalam kondisi tidur, ada waktu dimana pikiran kita berada di dunianya sendiri, yakni dunia mimpi. Saat itu kita hidup di dunia kedua kita, alam mimpi. Berbagai macam hal tak terduga dan tak terdefinisi di dunia nyata akan kita temui dalam dunia kedua itu. Bahkan, bentuk-bentuk dan rupa-rupa manusia atau makhluk hidup lainnya tak menutup kemungkinan akan kita temui pula. Ambi

Dakwah Kontekstual di Era Digital

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya globalisasi di dunia ini baik dari segi ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya telah menjadikan kehidupan manusia mengalami alienasi , keterasingan pada diri sendiri atau pada perilaku sendiri, akibat pertemuan budaya-budaya yang tidak sepenuhnya terintegrasi dalam kepribadian umat manusia. Selama masih ada manusia yang hidup di muka bumi ini, selama itu pula lah satu hal yang dinamakan Dakwah itu perlu ada bahkan wajib ada. Karena setiap muslim berkewajiban untuk berdakwah, baik sebagai kelompok maupun individu, sesuai dengan kemampuan masing-masing, dalam segi ilmu, tenaga, dan daya. Dengan derasnya arus globalisasi yang juga menimpa umat islam, pelaksanaan dakwah seperti mengejar layang-layang yang putus. Artinya hasil-hasil yang diperoleh dari dakwah selalu ketinggalan dibanding dengan maraknya kejahatan dan kemaksiatan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah konsep dakwah yang sesuai dengan perkembangan

Mengukir Senja Di Suramadu #Part 2

Lomba Blog "Ide Untuk Suramadu" Mencari Sudut Terindah Deru mesin pesawat Air Asia mulai terdengar bising disertai tangisan seorang anak kecil, yang mengaku telinganya kesakitan. Beberapa kali kursi yang kududuki ikut sedikit berguncang, saat moncong kemudian diikuti badan pesawat mulai menyentuh gumpalan-gumpalan awan putih. Ketinggian pesawat juga mulai menurun perlahan. Dua orang pramugara dan tiga pramugari mulai berdiri dari tempatnya duduk. Mereka mulai menyisir semua tempat duduk penumpang yang ada di sebelah kanan dan kirinya. Sembari terus melempar senyum, mereka berkata ramah, " Bapak, Ibu, penumpang pesawat Air Asia mohon semua alat elektroniknya dinonaktifkan. Dalam waktu lima belas menit lagi kita akan segera melakukan pendaratan. Dan mohon sabuk pengamannya dikenakan kembali. Terima kasih. " *Kurang lebih begitulah kata-kata yang kudengar dari mereka. Tapi jika kurang, ya bisa ditambah-tambah sendiri. Kalau lebih, simpan saja dah ya kelebihan