Sore-sore itu memang enaknya nulis tulisan ringan begini. Setelah tadi berkutat dengan segepok lembaran materi bahan berita, tentang partai politik dan rencana pemilu serentak 2019. Sepertinya emang lebih enak kalau sekarang saya menuliskan lagi tentang film favorit saya. Ya, apalagi kalau bukan film Harry Potter. Hehe.
Em...masih pada ingatkah dengan ODOK-ODOK yang pernah saya buat tentang Kata-Kata Bijaknya Albus Dumbledore? Nah, di sana kan baru saya tuliskan kata-kata bijak yang keluar dari Profesor Dumbledore itu, yang ada pada 3 episode Harry Potter. Apa aja hayo...? Ada yang tahu nggak...?! ^___^ Hm...nih, saya kasih tahu lagi aja.
1. Harry Potter and The Sorcerer's Stone
2. Harry Potter and The Chamber of Secret
3. Harry Potter and The Prisoner of Azkaban
Nah, dari ketiga jilid film Harry Potter itu, sudah saya tuliskan semua kata-kata bijaknya. Sekarang, waktunya saya untuk menuliskan kembali kata-kata bijak dari profesor kita (bagi pecinta Harry Potter), yang ada di Harry Potter jilid keempat. Udah tahu kan Harry Potter keempat ntu yang mana?! Yups, Harry Potter and The Goblet of Fire, itu judul novel dan filmnya. Ah, pasti yang penggemarnya Twilight juga pasti kenal deh sama satu tokoh baru yang ada di episode ini. Hehehe.
Ya, waktu dia berperan sebagai Cedric Diggory dalam film Harry Potter and The Goblet of Fire itu, dia emang belum banyak dikenal oleh orang. Tapi setelah dia berperan sebagai manusia vampir dalam film trilogi Twilight itu, baru dah dia jadi terkenal banget (kalah deh jadinya si Daniel Radcliffe sama Robert Pattinson). Tapi kan di sini kita bukan mau bahas film Twilight. Jadi biarkan saja dah...
Oke, kembali lagi ke Harry Potter and The Goblet of Fire. Dalam edisi ini, Harry Potter mengalami kejadian yang cukup membahayakan dirinya. Sebab tanpa sepengetahuan dirinya, ada yang sengaja memasukkan namanya pada Piala Api. Sekolah Sihir Hogwarts yang ketika itu menjadi Tuan Rumah Turnamen Triwizard, sebuah turnamen yang diadakan untuk mempererat persaudaraan antar Sekolah Sihir, menjadi sarang empuk bagi Lord Voldemort untuk menjebak Harry Potter.
Ketika Piala Api sudah memuntahkan 3 nama yakni Cedric Diggory dari Hogwarts, Fleur Delacour dari Beauxbatons, dan Viktor Krum dari Drumstang, yang disangka seleksi pemain berakhir. Namun ternyata tanpa dinyana Piala Api kembali memuntahkan sebuah nama yang sudah tak asing lagi, Harry Potter. Semua orang yang ikut menyaksikan penyeleksian itu, baik dari Hogwarts, Beauxbatons, maupun Drumstang, mengira Harry Potter sengaja memasukkan namanya ke dalam Piala Api dengan bantuan orang lain. Mereka semua pun beranggapan jika Harry Potter telah melakukan kecurangan, bahkan sahabatnya sendiri, Ronald Weasley pun menganggapnya demikian. Karena umur Harry ketika itu belum menginjak angka 17 tahun dan belum masuk kualifikasi untuk mengikuti turnamen tersebut.
Tapi, karena kemudian Mad-Eye Moody mengatakan bahwa dibutuhkan sihir yang kuat untuk merekayasa Piala Api. Dan berdasarkan keputusan Perdana Menteri Sihir, Barty Crouch bahwa ketentuan Piala Api itu mengikat, dan siapa pun nama yang keluar dari Piala Api mau tidak mau, suka tidak suka telah ditetapkan sebagai peserta dalam Turnamen Triwizard. Jadilah kemudian semua orang menerima hal itu dan menerima kenyataan jika Harry Potter termasuk salah satu unggulan dalam turnamen itu.
Itulah awal mula Harry dijebak oleh Voldemort yang dibantu oleh pengikut-pengikutnya, salah satunya Barty Crouch Jr yang ketika itu menyamar sebagai Mad-Eye Moody. Pada tugas pertama dan kedua, Harry juga berhasil melewatinya, tentunya dengan bantuan Mad-Eye Moody. Hingga akhirnya dia bisa tiba di tugas yang terakhir, yakni menemukan Piala Api yang di letakkan diantara labirin-labirin. Namun naasnya, Harry tak mengetahui jika ternyata Piala Api itu sudah terlebih dahulu dimantrai. Sehingga Harry dan Cedric yang kala itu memutuskan untuk bersama-sama mengambil Piala Api, bukannya kembali ke lapangan Hogwarts tapi malah justru berada di sebuah pemakaman.
Pemakaman yang sudah tak asing bagi Harry, sebab Harry pernah melihatnya dalam mimpinya. Namun, ketika Harry menyadari bahwa itu adalah pemakaman Tom Riddle dan mengatakan pada Cedric untuk segera kembali ke Piala Api yang juga merupakan Portkey itu, Voldemort dalam rupanya yang sangat aneh tiba-tiba muncul bersama abdi setianya, Peter Pettigrew. Malangnya, Cedric yang ketika itu tak mengerti apa yang terjadi dan bersiap mencoba melawan Peter, Voldemort sudah menitahkan abdinya untuk membunuh Cedric. Dan... Avada Kadavra. Cedric pun tiada.
***
Keesokan harinya, pada masa berkabung karena salah seorang murid Hogwarts meninggal akibat dibunuh Peter Pattigrew atas perintah Voldemort, Albus Dumbledore sebagai Kepala Sekolah Hogwarts pun menyampaikan pidato bela sungkawanya. Saat itulah ada satu pesan yang disampaikan Profesor Dumbledore kepada semua murid-muridnya dan murid dari Beauxbatons serta Drumstang. Pesan itu berbunyi seperti ini.
"Kini, rasa sakit yang kita rasakan, yang kita semua rasakan karena kepergiannya, mengingatkanku dan mengingatkan kita semua bahwa, walau kita berasal dari tempat yang berbeda dan berbicara dengan bahasa berbeda, jantung kita berdenyut sebagai kesatuan."
Sungguh kata-kata yang luar biasa. Ya, Dumbledore benar. JK Rowling benar. Siapa pun kita, dimana pun kita berada, dari mana pun kita berasal, bahasa apapun yang kita gunakan, tapi jantung kita sama-sama berdenyut dalam waktu, detik, dan bilangan yang sama. Hal ini pun menunjukkan pada kita bahwa, siapa pun kita, dimana pun tempat tinggal kita, bahasa apapun yang kita pakai, kita tetap bergerak dalam satu kesatuan. Tak peduli ras, suku, warna kulit, bahasa, dan bahkan juga mungkin agama, kita tetap bisa hidup sebagai kesatuan. Hidup dalam kedamaian dan kerukunan. Tanpa ada pertikaian maupun pertengkaran. Sebab kita hidup dalam satu atap langit yang sama, dan dalam satu rumah yang sama, yang kita sebut sebagai, bumi.
Itulah satu lagi kata-kata bijak dari Albus Dumbledore. Kata-kata bijak dari JK Rowling, yang sebenarnya jika kita mau meresapinya, maka maknanya sesungguhnya amatlah luas dan luar biasa. Semoga kita bisa menjadi manusia-manusia yang peduli akan rumah kita sendiri (bumi) dan saudara-saudara kita yang ada di belahan bumi lainnya.
Komentar
Posting Komentar