Langsung ke konten utama

Teman Baru Dari Negeri "Kiblat Kedua" (2)

Sok Pede Aja... 

Keesokan harinya, sesampainya di Hotel Grand Zuri, seperti biasa (kayak udah biasa ketemu sama orang asing aja, hehehe) hati mulai ketar-ketir. Memikirkan kata-kata apa yang akan aku utarakan pertama kali. Nice to meet you, How are you, atau hanya sekadar say hello saja.

Setelah mereka semua berada di dalam bus, ada salah seorang perempuan paruh baya yang berkata padaku untuk menjelaskan pada rombongan Palestina itu, mau ke mana kita? (dengan gaya ala Dora The Explorer). Ke Gunung Merapi... yeyeye... hahaha. Tapi ya memang benar kita mau ke gunung Merapi. Pada tahu kan gunung Merapi di Jogja, yang pernah erupsi tahun 2010 itu. Nah itu erupsinya guede banget, tahun segitu aku udah tinggal di Jogja, kuliah tahun kedua. Jadi tahu dan ngerasain langsung gimana kampus mendadak 'bersalju' (alias kena hujan abu vulkanik), dan kampus juga mendadak jadi tempat pengungsian sementara.

Oke, kembali lagi ke rombongan Ensamble. Pagi itu (2 Desember 2014) kami hendak melakukan perjalanan menapaki sisa-sisa erupsi Merapi, di gunung Merapi. Tapi, kami di sana tidak berjalan kaki layaknya pendaki yang sedang meniti setiap lembaran tanah pegunungan. Kami akan menggunakan mobil. Tepatnya menaiki mobil Jeep (saat itu aku belum terbayang bagaimana kondisiku nantinya di atas mobil itu). Nah tugasku saat itu, selain menemani rombongan dari Palestina itu dan menjadi perwakilan dari pihak Biro Humas dan Protokol kampus, aku juga yang mendapat amanah menyelesaikan administrasi keuangan selama perjalanan menuju separuh puncak gunung Merapi.

Sesampainya di gerbang pintu masuk desa wisata Kaliurang, lima buah mobil Jeep sudah menata diri siap menyambut kedatangan rombongan kami. Salah seorang penanggungjawab dan pemilik Jeep wisata kemudian menghampiri kami, dan menanyakan adakah gerangan yang bernama Sakinah. Loh, kok udah tahu ya ada yang namanya Sakinah? Hehehe, itu karena sebelumnya aku memang sudah kontak-kontakan dengan si bapak. Pak Basuki namanya.

Nah, pak Basuki lantas menjelaskan padaku bagaimana nantinya rute perjalanan kami, dan berapa orang yang bisa naik di masing-masing Jeep. Semula, aku mengira kalau rombongan kami bisa terangkut hanya dengan menggunakan empat buah Jeep. Tapi ternyata, pak Basuki berkata kalau satu Jeep hanya bisa dinaiki oleh empat hingga lima orang saja, ditambah seorang sopir. Jadi totalnya, kalau dihitung-hitung, satu Jeep hanya bisa memuat lima hingga enam orang saja. Sementara, jumlah kami saat itu ada 19 orang. Jadilah kami terpaksa diangkut dengan lima buah Jeep. Masing-masing ada yang berisi empat, lima dan enam orang (sudah termasuk ongkir eh supir).

Saat rombongan kami sudah "membelah diri" menuju Jeep pilihannya, tibalah waktuku menentukan Jeep mana yang akan aku tumpangi. Ketika itu juga, dua artis Ibu Kota yang kita kenal bernama mbak Cici Tegal dan Eksanti, menawariku untuk ikut bersama mereka dalam satu Jeep. Supir Jeep mereka kebetulan juga sama-sama artis, hanya saja lebih senior dibanding mereka. Namanya Bob Sadino, pada tahu kan?! Tapi sayang, artis yang biasa disapa dengan Bang Bob ini, tepat sebulan yang lalu (Januari 2015) telah menghembuskan nafasnya yang terakhir. Saya ikut berduka cita atas meninggalnya Bang Bob Sadino. Semoga keluarga yang ditinggalkan terus diberi ketabahan. Amin.

Oke, lanjut!

Aku urung menerima tawaran mbak Cici Tegal dan Eksanti. Kakiku kemudian melangkah pergi menuju Jeep lain. Melihat kondisi masihkah ada satu kursi yang tersedia untukku. Setelah melihat empat Jeep lainnya, akhirnya aku memutuskan untuk menaiki salah satu Jeep yang bak belakangnya terbuka, alias tidak ada tutup belakangnya. Jeep itu hanya dilengkapi dengan dua kursi depan untuk supir dan penumpang, serta empat kursi penumpang di bagian belakangnya. Bagian yang tertutup oleh "atap" mobil hanya di bagian depan saja. Sedangkan bagian belakangnya terbuka begitu saja dan hanya ada besi peyangga multifungsi. Multifungsi di sini maksudnya bisa dijadikan alat untuk kita berpegangan dan sebagai penyangga untuk kain terpal yang hanya akan digunakan untuk menutupi bagian belakang mobil jika hujan turun. 

Alasan lainnya mengapa aku memilih Jeep itu karena di sana ada 3 orang anggota Jerusalem Arabic Ensamble. Hitung-hitung bisa sambil berkenalan dan mengobrol ala kadarnya dengan mereka. Sekalipun bermodal bahasa Inggris yang pas-pasan. Hehehe. Tapi ya... sok pede aja dah.. :)

Bermodal nekat dan sok pede itu, akhirnya aku menaiki Jeep itu bersama 3 orang anggota Jerusalem Arabic Ensamble dan seorang mahasiswa BEM yang menjadi LO mereka. Saat Jeep yang kutumpangi bersama 4 Jeep lainnya mulai meninggalkan pangkalannya menuju gunung Merapi, saat itulah kuberanikan diri menyapa salah seorang dari tiga orang anak Palestina itu. Saat berkenalan dengan orang dari negara lain, pastinya yang pertama kali kita lakukan bertanya namanya, bukan?! Nah, begitu pun aku saat itu. Kutanyakan siapa namanya dan nama kedua temannya yang berada dalam satu Jeep bersamaku. Ia pun mengatakan bahwa namanya 'Ala Ishak, sedangkan kedua temannya bernama Eleni dan Basil.

Ada beberapa pertanyaan yang kutanyakan padanya. Tentunya tetap bermodal nekat dan sok pede menggunakan bahasa Inggris itu. Sekalipun saat aku melontarkan satu pertanyaan, aku masih harus berdiam diri dulu sejenak hanya untuk memastikan apakah nantinya pertanyaan yang kulemparkan akan dimengerti olehnya. Pertanyaan yang kuberikan pada 'Ala ketika itu seperti, siapa nama lengkapnya (karena semula dia hanya mengatakan jika namanya 'Ala), bagaimana rasanya tiba di Indonesia, kesannya tentang Indonesia dan orang Indonesia, bagaimana ceritanya dia bisa tergabung dalam grup Jerusalem Arabic Ensamble itu dan memainkan apa dia di grup itu, serta mengatakan padanya untuk datang lagi ke Indonesia.

Ohya, aku banyak bertanya dan mengobrol dengan 'Ala, karena saat itu tempat duduk kami bersebelahan. Sementara Eleni, tempat duduknya berada di depan 'Ala dan cukup jauh denganku yang duduk di paling belakang. Nah, sedangkan Basil, ia berada di depan bersama supir dan terhalang oleh kaca mobil.


Pada bisa lihat foto yang di atas itu kan?! Nah, Jeep yang di depan itu ditumpangi oleh mbak Cici Tegal, mbak Eksanti, satu orang guide, dan supirnya Bob Sadino. Jeep lainnya, yang berada tepat di belakang Jeep yang pertama, ditumpangi oleh kami.

Hm... ada hal yang agak lucu juga sebenarnya saat aku berkenalan dengan mereka. Sewaktu aku berkenalan dengan 'Ala, dia mengira jika namanya mungkin sulit aku eja. Sampai-sampai ia mencoba mengejakan namanya dengan menuliskan di udara. Hehehe. Bagian agak lucu lainnya adalah, saat aku menyebutkan nama lengkapku. 'Ala mengatakan kalau namaku sangat religius dan beranggapan jika aku berasal dari keluarga yang juga sangat religius. Dan ... lagi-lagi aku hanya bisa tersenyum dan tertawa. Mungkin kalau untuk kalangan orang keturunan Arab, nama lengkap seperti namaku mungkin sulit mereka temui kali ya di sana. Jadilah namaku dianggap sedikit unik dan sangat religius. Hehehe. Tapi, mungkin kalau aku menyebutkan nama lengkapku pada orang dari negara lain (yang bukan negara Arab), sepertinya mereka akan lebih sulit lagi mengeja dan menyebutkan nama lengkapku. Hehehe hehe. 


Nah, ntu dia foto mereka bertiga yang ada dalam satu Jeep bersamaku. Laki-laki yang berpostur tubuh paling tinggi dengan kaos berwarna hijau tua itu, bernama 'Ala. Kemudian, perempuan yang memakai syal merah itu namanya Eleni. Dan satu orang lagi yang bernama Basil, dia yang berdiri seorang diri paling ujung kanan.


Kalau yang ini, foto mereka ber-9 bersama 4 orang LO dari BEM kampus, mbak Cici Tegal, mbak Eksanti, dua orang dari PP Muhammadiyah, dan seorang lagi diriku. Kalian tentunya sudah bisa membedakan toh, mana yang wajah Arab asli dengan wajah lokal Indonesia... Hehehehehe. Jadi, nggak perlu kujelaskan lagi. :D

Em... kalau mengingat tingkahku yang sok pede waktu itu, sepertinya ada hikmahnya juga. Karena sebelumnya, sekalipun aku pernah meliput acara KKN Internasional dan bertemu dengan mahasiswa-mahasiswi dari Filipina, Vietnam, Singapura, Malaysia, China, dan Jepang, aku belum pernah berani berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Jika ada satu, dua pertanyaan tentang mereka, aku masih lebih memilih menggunakan orang lain sebagai perantara. Tapi, semenjak aku mendapatkan kesempatan untuk menemani rombongan Arabic Ensamble itu ke Merapi, aku mulai mencoba memberanikan diri dan sok pede menggunakan bahasa Inggris. Walaupun masih tergagap-gagap saat berbicara. Kadang aku mengatakan satu kalimat dengan sangat cepat. Kadang pula mengatakannya dengan sangat pelan dan "amburadul", hingga aku sendiri pun tak mengerti apa yang sudah keluar dari mulut. Hehehe.

Tapi dari situlah aku bisa mendapat teman baru. Apalagi mereka berasal dari Palestina. Negeri dimana kiblat kedua umat Islam berada. Dan hal terpenting lagi, semoga perjuangan mereka agar terbebas dari jajahan bangsa Israel bisa terwujud. Kami semua di sini, sebagai teman, saudara, dan keluarga kalian akan selalu mendukung dan ikut berjuang bersama dengan cara yang kami bisa. Fighting! ^_^

Sekian dulu ya, episode teman baru dari negeri kiblat keduanya. Mudah-mudahan ada teman baru dari negara lain lagi yang bisa kutemui. ^___^


Komentar

Postingan populer dari blog ini

2 Ide Abstrak

Tidak peduli apa yang orang katakan padamu, kata dan ide bisa mengubah dunia. (Robbin Williams Dari film Dead Poet's Society) Ngomong-ngomong tentang ide, saya punya dua ide abstrak. Bisa jadi dua ide ini beberapa tahun yang akan datang akan menjadi kenyataan dan akan kita temui di dunia nyata. Dua ide yang mencuat dari pikiran saya itu adalah: 1. Ada alat yang bisa merekam mimpi manusia saat ia tertidur. 2. Ada alat yang bisa memanggil dengan kata kunci tertentu saat kita membaca Koran.  Baiklah, akan saya jelaskan dulu mengapa saya sampai punya dua ide itu. Pertama , saat saya atau kita semua dalam kondisi tidur, ada waktu dimana pikiran kita berada di dunianya sendiri, yakni dunia mimpi. Saat itu kita hidup di dunia kedua kita, alam mimpi. Berbagai macam hal tak terduga dan tak terdefinisi di dunia nyata akan kita temui dalam dunia kedua itu. Bahkan, bentuk-bentuk dan rupa-rupa manusia atau makhluk hidup lainnya tak menutup kemungkinan akan kita temui pula. Ambi

Dakwah Kontekstual di Era Digital

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya globalisasi di dunia ini baik dari segi ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya telah menjadikan kehidupan manusia mengalami alienasi , keterasingan pada diri sendiri atau pada perilaku sendiri, akibat pertemuan budaya-budaya yang tidak sepenuhnya terintegrasi dalam kepribadian umat manusia. Selama masih ada manusia yang hidup di muka bumi ini, selama itu pula lah satu hal yang dinamakan Dakwah itu perlu ada bahkan wajib ada. Karena setiap muslim berkewajiban untuk berdakwah, baik sebagai kelompok maupun individu, sesuai dengan kemampuan masing-masing, dalam segi ilmu, tenaga, dan daya. Dengan derasnya arus globalisasi yang juga menimpa umat islam, pelaksanaan dakwah seperti mengejar layang-layang yang putus. Artinya hasil-hasil yang diperoleh dari dakwah selalu ketinggalan dibanding dengan maraknya kejahatan dan kemaksiatan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah konsep dakwah yang sesuai dengan perkembangan

Mengukir Senja Di Suramadu #Part 2

Lomba Blog "Ide Untuk Suramadu" Mencari Sudut Terindah Deru mesin pesawat Air Asia mulai terdengar bising disertai tangisan seorang anak kecil, yang mengaku telinganya kesakitan. Beberapa kali kursi yang kududuki ikut sedikit berguncang, saat moncong kemudian diikuti badan pesawat mulai menyentuh gumpalan-gumpalan awan putih. Ketinggian pesawat juga mulai menurun perlahan. Dua orang pramugara dan tiga pramugari mulai berdiri dari tempatnya duduk. Mereka mulai menyisir semua tempat duduk penumpang yang ada di sebelah kanan dan kirinya. Sembari terus melempar senyum, mereka berkata ramah, " Bapak, Ibu, penumpang pesawat Air Asia mohon semua alat elektroniknya dinonaktifkan. Dalam waktu lima belas menit lagi kita akan segera melakukan pendaratan. Dan mohon sabuk pengamannya dikenakan kembali. Terima kasih. " *Kurang lebih begitulah kata-kata yang kudengar dari mereka. Tapi jika kurang, ya bisa ditambah-tambah sendiri. Kalau lebih, simpan saja dah ya kelebihan