Langsung ke konten utama

Untuk Saudaraku

Bagaimana rasanya, jika tiba-tiba kita mendengar sebuah peringatan akan dijatuhkannya sebuah bom di kota atau desa kita? Bagaimana rasanya jika belum 4 menit kita bersiap-siap, tiba-tiba terdengar aungan helikopter yang menderu-deru tepat di atas kepala kita? Bagaimana rasanya jika kaki kita tiba-tiba tidak bisa bergerak, berjalan, bahkan berlari untuk menghindari sebuah benda hitam besar yang jatuh dari langit? Kita hanya bisa terpaku, melihat gemuruh orang-orang yang berlari menyelamatkan diri. Apa yang akan kita lakukan jika itu aku, kamu, kita yang mengalami hal itu? Masih sanggupkah kita berselfie ria? Menulis sebuah status mengatakan bahwa kita sedang berdiri di tengah-tengah bencana manusia? Masih sanggupkah kita?

Aku sendiri, rasanya tak akan sanggup untuk melakukan hal itu. Bahkan membayangkan jika itu aku yang mengalaminya, aku pun tak kan sanggup. Lantas, bagaimanakah saudara-saudara kita yang ada di Gaza, Palestina sana. Saat untuk kesekian kalinya, di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, mereka kembali digempur oleh manusia-manusia tak beradab dan tak berperilaku kemanusiaan. Saat kita kembali melihat, ceceran darah tak berdosa membanjiri tanah. Saat kita melihat, potongan-potongan tubuh saudara kita yang tak berdosa, tergelatak tak bernyawa di hamparan bumi. Bumi yang biru, tanah yang coklat, sudah tak lagi berwarna. Semuanya merah sekarang, merah darah. Darah yang mengalir dari tubuh-tubuh tak berdosa.

Melihat hal itu, apa lantas yang akan kita perbuat? Berdo'a? Itu sudah bukan lagi sebuah kepastian dan kewajiban. Tapi memang harus kita lakukan. Memohon pada Allah subhanahu wa ta'ala untuk mengirimkan bala tentaranya, mengusir para penjajah yang sebenarnya mereka tak lebih berharga dari manusia. Allah SWT sendiri sudah mengatakan bahwa orang-orang Israel yang punya perikehewanan itu seperti kera. Ya, Allah SWT dalam firman-Nya mengumpamakan mereka sebagai kera. Karena ulah mereka sendiri, dan perilaku mereka yang tidak mau mendengarkan nasihat dan merasa paling benar sendiri, serta keras kepala.

Apakah kita hanya bisa berdo'a saja melihat saudara-saudara kita dibantai dengan sangat kejam itu? Apakah kita hanya berdiam diri saja tanpa peduli dengan mereka? Sepertinya, tidak semua dari kita sadar dan tahu bahwa saudara-saudara kita di Palestina itu sangat berharga. Karena merekalah negara Timur Tengah yang pertama kali mengakui kemerdekaan Republik Indonesia yang kita cintai ini. Palestinalah yang sangat mendukung negara kita ini untuk merdeka. Tapi, saat kita sekarang melihat Palestina yang seperti itu, apa yang kita perbuat? Kita masih ribut dan kisruh dengan hasil pilpres. Masih sibuk mengurusi diri sendiri. Masih meratapi nasib diri yang tidak sesuai dengan keinginan. Ya, kita masih apatis. Kita masih tidak peduli dengan saudara kita sendiri, bahkan untuk menyisihkan sebagian rizki kita untuk mereka, rasanya berat sekali. Karena takut tak cukuplah, hanya punya sedikit uanglah, takut tak bisa makanlah, atau apa pun itu alasannya.

Aku sudah tak sanggup lagi menuliskan kata. Biarlah kalimat-kalimatku ini redam bersama hembusan rudal. Biarlah kalimat-kalimatku ini ikut terpendam bersama saudara-saudaraku di Palestina sana, yang telah mengorbankan nyawanya untuk menjaga satu keagungan Islam. Untuk menjaga tempat singgah Rasulullah sallallahu 'alaihi wassallam saat melakukan Isra' Mi'raj ke Sidratul Muntaha. Biarlah kalimat-kalimatku ini menjadi bukti, bahwa tangis dan do'a tak kan cukup mewakili kekuasaan dan pertolongan Allah SWT kepada umat Muslim di Palestina. Dan biarlah kalimat-kalimatku ini, menjadi pengingat bahwa aku juga bagian dari mereka, umat Muslim di Palestina.

#PrayForGaza #SavePalestine

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengukir Senja Di Suramadu #Part 2

Lomba Blog "Ide Untuk Suramadu" Mencari Sudut Terindah Deru mesin pesawat Air Asia mulai terdengar bising disertai tangisan seorang anak kecil, yang mengaku telinganya kesakitan. Beberapa kali kursi yang kududuki ikut sedikit berguncang, saat moncong kemudian diikuti badan pesawat mulai menyentuh gumpalan-gumpalan awan putih. Ketinggian pesawat juga mulai menurun perlahan. Dua orang pramugara dan tiga pramugari mulai berdiri dari tempatnya duduk. Mereka mulai menyisir semua tempat duduk penumpang yang ada di sebelah kanan dan kirinya. Sembari terus melempar senyum, mereka berkata ramah, " Bapak, Ibu, penumpang pesawat Air Asia mohon semua alat elektroniknya dinonaktifkan. Dalam waktu lima belas menit lagi kita akan segera melakukan pendaratan. Dan mohon sabuk pengamannya dikenakan kembali. Terima kasih. " *Kurang lebih begitulah kata-kata yang kudengar dari mereka. Tapi jika kurang, ya bisa ditambah-tambah sendiri. Kalau lebih, simpan saja dah ya kelebihan...

Pesan Dari Orang Asing

Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba ada pesan masuk di inbox facebook milikku. Bukan pesan dari teman-teman yang terdaftar jadi temanku di fb. Tapi pesan itu datangnya dari seseorang yang belum aku kenal, dan dilihat dari namanya, itu seperti nama orang luar negeri. Dia pun mengirimkan pesan dalam bahasa Inggris. Dengan kemampuan bahasa Inggrisku yang terbatas ini, aku hanya mengerti bahwa dia ingin berkenalan denganku dan ingin mengirimkan pesan berikutnya melalui email. Awalnya perkenalan berjalan lancar sebagaimana mestinya. Dia seorang perempuan yang mengaku berasal dari negara Sudan, Afrika. Tapi kemudian dia berada di kamp sementara di Negara Senegal. Karena menurut yang ia ceritakan, ayah dan ibunya meninggal dunia saat terjadi kerusuhan di negara Sudan. Hingga akhirnya ia mengungsi ke Negara Senegal. Setelah menceritakan tentang kondisi keluarganya, ia memintaku untuk menceritakan padanya tentang diriku. Apa yang aku sukai, apa yang tidak aku sukai, hobi, dan aktivitasku s...

Tulisan Beritaku Dimuat Di Media Online…

Nggak nyangka..benar-benar nggak nyangka. Tulisan berita tentang Langgam Jawa yang kemarin aku buat ditemani sedikit rasa kantuk, ternyata dimuat dibeberapa media berita online. Mungkin ini salah satu keuntungannya aku berada di biro humas UMY. Meski hari pertama aku kaget dan sedikit syok mungkin. Sebab, baru hari pertama sudah disuruh untuk membuat berita. Memang sih, di bangku kuliah aku sudah mendapatkan materi kulih tentang teknik reportase, penulisan berita, penataan surat kabar, editing dan formatologi, tapi tetap saja aku masih kaget. Mungkin karena jangka waktu atau deadline pengumpulan beritanya berbeda, jadi sedikit membuatku syok. Jika di kuliah deadline berita itu 1 minggu, tapi kalau di biro humas ya 1 hari itu juga.. Tapi dari sini aku ternyata bisa belajar, bagaimana aku harus bisa menyelesaikan tulisan berita yang ditugaskn untuk selesai pada hari itu juga. Rasa kantuk, mandek mau nulis apa lagi, perut keroncongan, merasa kurang informasi pendukung beri...