Lama tak memosting tulisan di blog. Oke, saya mulai lagi dengan berita terhangat dulu. Tentang apa? Tentang Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden 2014 tentunya. Mungkin kita semua sudah tahu dan sudah mendengar, baik itu dari media massa cetak, elektronik, maupun cyber. Siapakan Capres dan Cawapres yang akhirnya diusung?! Ya, ada Jokowi-Jusuf Kalla dan Prabowo-Hatta.
Saya baru saja tahu berita ini dari media massa cetak (koran-koran) yang saya baca pagi ini. Semua media cetak itu menempatakan berita tentang mereka berempat sebagai headline berita (berita utama). Kalau dilihat dari segi penempatannya, nampaknya semua media massa memang memandang berita ini sangat aktual dan utama. Karena sudah pasti khalayak pembacanya membutuhkan informasi itu, untuk menentukan siapakah yang akan menjadi pilihan mereka.
Semua media massa saat ini sudah mulai menggaungkan Capres dan Cawapres itu. Menampilkan sejarah singkat kehidupan mereka berempat. Bahkan juga ada yang menyajikan bagaimana proses mereka berempat menyatakan diri sebagai pasangan Capres dan Cawapres, kemudian mendaftarkan dirinya pada Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat.
Tak menjadi soal sebenarnya, apa yang disajikan oleh media massa terkait proses itu. Karena pada saat itu, media massa sebenarnya sedang memerankan fungsinya sebagai pemberi informasi pada khalayak luas. Jika media massa memerankan fungsinya sebagai pemberi informasi, maka hak pembaca atau penikmat medialah sebenarnya yang kemudian berperan. Kita sebagai pembaca atau penikmat media yang juga menjadi komunikan media massa, berhak menerima atau menolak informasi yang diberikan oleh media massa itu. Bisa saja kita menerimanya dengan cara membenarkan apa yang diinformasikan oleh media, atau bisa juga kita memungkirinya, dan menganggapnya hanya sebagai pemanis berita.
Namun, mungkin kita perlu ingat kembali, bahwa pada kenyataannya, tidak ada media massa yang benar-benar netral dan tidak berpihak. Semua komponen yang ada di dalam media massa itulah yang turut memberikan warna pada pemberitaan media, sehingga pemberitaannya pun tidak dapat kita katakan sebagai berita yang netral dan tidak berpihak. Karena, pasti ada simbol-simbol tertentu yang dapat memungkinkan berita itu mengarah pada satu kepentingan tertentu. Simbol-simbol tersebut dapat berupa kata atau bentuk kalimat, atau gambar yang disertakan dalam berita tersebut. Karena simbol dalam ilmu komunikasi itu pada dasaranya berarti bahasa. Dan bahasa itu bisa dalam bentuk verbal maupun non verbal. Dalam hal ini, kata-kata atau kalimat yang dihasilkan atau dituliskan oleh seseorang merupakan simbol komunikasi dalam bentuk bahasa verbal.
Kita mungkin juga perlu mengingat pernyataan dari Noam Chomsky, seorang profesor Linguistik, yang mengatakan bahwa "pada akhirnya media sulit untuk bersikap netral dan cover both side" karena "kepentingan pada sebuah media massa tidak dapat dilepaskan dari berbagai kepentingan yang datang dari luar media itu sendiri, terutama kepentingan yang berhubungan erat dengan informasi yang disajikan." Dan "dari kepentingan-kepentingan tersebut, terdapat kepentingan utama yang hampir selalu disembunyikan oleh media." Kepentingan utama pada media yang selalu terbungkus rapi itu adalah "kepentingan ekonomi dan kepentingan kekuasaan". Kuatnya dua kepentingan (economy interest and power interest) inilah yang kemudian membuat media menjadi tidak sepenuhnya netral dan cover both side.
Lantas, jika kita tarik benang merah untuk peristiwa diumumkannya pasangan Capres dan Cawapres 2014 ini, ada baiknya bagi kita untuk tidak hanya percaya pada satu sumber berita atau satu media massa. Sebab masing-masing media, tentunya punya perspektif sendiri terhadap keempat calon tersebut. Di sinilah konsep Tabayyun (cek dan ricek kebenaran berita) dalam Islam kemudian juga bisa menjalankan peran dan fungsinya. Dan pada akhirnya, kitalah sebenarnya yang menjadi penentu dan pemegang kendali, pada siapakah pilihan itu akan kita jatuhkan.
Saya baru saja tahu berita ini dari media massa cetak (koran-koran) yang saya baca pagi ini. Semua media cetak itu menempatakan berita tentang mereka berempat sebagai headline berita (berita utama). Kalau dilihat dari segi penempatannya, nampaknya semua media massa memang memandang berita ini sangat aktual dan utama. Karena sudah pasti khalayak pembacanya membutuhkan informasi itu, untuk menentukan siapakah yang akan menjadi pilihan mereka.
Semua media massa saat ini sudah mulai menggaungkan Capres dan Cawapres itu. Menampilkan sejarah singkat kehidupan mereka berempat. Bahkan juga ada yang menyajikan bagaimana proses mereka berempat menyatakan diri sebagai pasangan Capres dan Cawapres, kemudian mendaftarkan dirinya pada Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat.
Tak menjadi soal sebenarnya, apa yang disajikan oleh media massa terkait proses itu. Karena pada saat itu, media massa sebenarnya sedang memerankan fungsinya sebagai pemberi informasi pada khalayak luas. Jika media massa memerankan fungsinya sebagai pemberi informasi, maka hak pembaca atau penikmat medialah sebenarnya yang kemudian berperan. Kita sebagai pembaca atau penikmat media yang juga menjadi komunikan media massa, berhak menerima atau menolak informasi yang diberikan oleh media massa itu. Bisa saja kita menerimanya dengan cara membenarkan apa yang diinformasikan oleh media, atau bisa juga kita memungkirinya, dan menganggapnya hanya sebagai pemanis berita.
Namun, mungkin kita perlu ingat kembali, bahwa pada kenyataannya, tidak ada media massa yang benar-benar netral dan tidak berpihak. Semua komponen yang ada di dalam media massa itulah yang turut memberikan warna pada pemberitaan media, sehingga pemberitaannya pun tidak dapat kita katakan sebagai berita yang netral dan tidak berpihak. Karena, pasti ada simbol-simbol tertentu yang dapat memungkinkan berita itu mengarah pada satu kepentingan tertentu. Simbol-simbol tersebut dapat berupa kata atau bentuk kalimat, atau gambar yang disertakan dalam berita tersebut. Karena simbol dalam ilmu komunikasi itu pada dasaranya berarti bahasa. Dan bahasa itu bisa dalam bentuk verbal maupun non verbal. Dalam hal ini, kata-kata atau kalimat yang dihasilkan atau dituliskan oleh seseorang merupakan simbol komunikasi dalam bentuk bahasa verbal.
Kita mungkin juga perlu mengingat pernyataan dari Noam Chomsky, seorang profesor Linguistik, yang mengatakan bahwa "pada akhirnya media sulit untuk bersikap netral dan cover both side" karena "kepentingan pada sebuah media massa tidak dapat dilepaskan dari berbagai kepentingan yang datang dari luar media itu sendiri, terutama kepentingan yang berhubungan erat dengan informasi yang disajikan." Dan "dari kepentingan-kepentingan tersebut, terdapat kepentingan utama yang hampir selalu disembunyikan oleh media." Kepentingan utama pada media yang selalu terbungkus rapi itu adalah "kepentingan ekonomi dan kepentingan kekuasaan". Kuatnya dua kepentingan (economy interest and power interest) inilah yang kemudian membuat media menjadi tidak sepenuhnya netral dan cover both side.
Lantas, jika kita tarik benang merah untuk peristiwa diumumkannya pasangan Capres dan Cawapres 2014 ini, ada baiknya bagi kita untuk tidak hanya percaya pada satu sumber berita atau satu media massa. Sebab masing-masing media, tentunya punya perspektif sendiri terhadap keempat calon tersebut. Di sinilah konsep Tabayyun (cek dan ricek kebenaran berita) dalam Islam kemudian juga bisa menjalankan peran dan fungsinya. Dan pada akhirnya, kitalah sebenarnya yang menjadi penentu dan pemegang kendali, pada siapakah pilihan itu akan kita jatuhkan.
Kamu nulis udah kayak wartawan beneran, sukses!!!!!!
BalasHapusamiiiin... hehe.. makasih kang dana :D
Hapus