Langsung ke konten utama

Sakinah Dalam Al-Quran

Kedamaian hati seorang hamba berada pada perasaan tenangnya bersama Allah swt. Allah swt., telah menyebutkan keterangan ini dalam beberapa tempat dalam kitab-Nya. Ketenangan adalah ketertambatan hati kepada Rabb, kepercayaan hati yang kuat kepada Sang Pengasih, atau ketenangan nurani karena bertawakkal kepada yang Maha Mampu. Ketenangan adalah keteduhan emosi dan tidak memberontak. Ketenangan seperti ini adalah keadaan tenang yang bisa diraih oleh orang-orang beriman, menghindarkan mereka dari kebingungan dan tekanan keraguan serta ketidakenakan hati.
Jika ditinjau dari asal katanya, maka lafadz سكينة berasal dari kata سكن yang mempunyai beberapa arti dalam Al-Quran, yakni :
1. Tenang, tentram
2. Istirahat
3. Tempat, menempati
Dan secara istilah jika ditinjau dari kamus Besar Bahasa Indonesia maka tenang adalah (perasaan hati, keadaan, dan sebagainya) diam tidak berubah-ubah dan tidak bergerak-gerak, tidak gelisah, aman dan tentram.
A. Hal-hal yang Dapat Menenangkan Dalam Al-Quran
1. Istri (ar-Rum :21)
Para ahli tafsir berkata : bahwasannya ketika Allah telah menciptakan Nabi Adam as., dan menempatkannya di syurga, Adam as. merasakan keterasingan dan tidak tenang, karena dia tidak ditemani oleh seorangpun. Maka, dia duduk termenung seorang diri. Lalu dia menoleh, kalau saja ada orang yang bersedia duduk-duduk bersamanya. Tetapi siapakah yang akan duduk bersamanya? Para Malaikat dan bangsa Jin mempunyai komunitas tersendiri. Sementara Adam as., menginginkan kalu teman duduknya itu adalah orang yang sebangsa dengannya. Ketika Adam as. merasakan keterasingan dirinya, Allahpun menidurkannya. Dan Allah swt., mengabil Hawa dari tulang rusuknya sebelah kiri. Setelah terbangun dari tidurnya, Adam as. menoleh kepada Hawa yang telah berada disampingnya. Dia mengetahui bahwa dia adalah istrinya hingga dia merasa nyaman dan tentram berada disisinya. (Manusia Langit Manusia Bumi _A’idh Al-Qarni)
Allah swt., berfirman :

21. Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (ar-Rum :21)

2. Tempat
a. Syurga (al-Baqarah : 35) (al-A’raf : 13)
Allah swt., telah memerintahkan Adam dan Hawa untuk tinggal di syurga dan memakan makanan yang telah Allah sediakan untuk mereka, karena di syurga itulah mereka mendapat ketenangan.
b. Bumi (al-A’raf : 161) (Ibrahim : 14)
Allah swt., telah menempatkan Bani Israil dan kita semua di bumi ini untuk menikmati hasil bumi, karena Allah menciptakan bumi untuk tempat menetap bagi makhluk-Nya agar merasakan ketenangan.
c. Qaryah, Desa (al-Qashas : 58)
Dalam ayat ini diceritakan tentang suatu desa yang pada mulanya makmur dan penduduknya merasakan ketenangan dan kedamaian di tempat tersebut, namun pada akhirnya Allah swt mebinasakan penduduknya karena kesombongan dan kesenangan mereka yang melampaui batas, sehingga tidak ada lagi yang menempati tempat itu dan tidak ada lagi ketenangan serta kedamaian disana.

d. Lembah tak bertanam ( Ibrahim : 37)
Tatkala Ibrahim as. mengambil Siti Hajar sebagai istrinya dan kemudian melahirkan Isma’il, Sarah yang saat itu belum dikaruniai seorang putra, merasa cemburu pada Hajar. Dan akhirnya, Ibrahim as. dan Hajar berangkat menuju Makkah.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas ra. bahwa selama ini Hajar memang sengaja menyembunyikan pengaruhnya atas Sarah. Akhirnya Ibrahim as pun membawa Hajar ke Makkah dan meninggalkannya di dekat Rabiyah, yaitu tempat Baitul Haram sekarang. Letak Rabiyah ini agak tinggi dari permukaan tanah.
Dan tatkala Ibrahim as. menempatkan Siti Hajar istrinya, Isma’il anaknya di sebuah lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat Baitullah ini, di tempat inilah Nabi Ibrahim as mengharap agar anak dan istrinya mendapatkan ketenangan dan rasa aman.
e. Rumah
i. Rumah di Syurga (at-Taubah : 72) (as-Shaf : 12)
ii. Sebagai Tanda/Ayat (Saba’ : 15)
Allah swt., telah menjadikan rumah dan tempat kediaman sebagai tempat untuk memperoleh ketenangan dan juga sebagai tanda kekuasaan Allah swt., sebagaimana yang telah diberikan kepada kaum Saba’ dimana pada tempat kediaman mereka terdapat dua buah kebun, di sebelah kanan dan kirinya.
iii. Rumah semut (an-Naml : 18)
Ketika Nabi Sulaiman dan tentaranya sedang berjalan dan melewati lembah semut, seekor semut menyeru semut-semut yang lain agar memasuki/sarang mereka, agar mereka aman dan tenang di dalam sana, supaya terhindar dari injakan kaki Nabi Sulaiman dan tentaranya.
B. Sebab Ketenangan
1. Tempat Tinggal Sebagai Tempat Bermukim (an-Naml : 80)
Jika kita tidak memiliki tempat tinggal, maka hidup kita tak kan pernah terbebas dari perasaan takut dan khawatir, karena tempt tinggal merupakan tempat yang aman bagi kita dan kita bisa mendapatkan ketenangan ketika berada di dalamnya.
2. Janji Allah swt. Kepada Orang-orang Mukmin dan Mendapatkan Keridhoan dari Allah swt. (at-Taubah : 72)
Supaya orang mukmin mendapatkan ketenangan dalam hidup dan beramal, karena itulah Allah menjanjikan mereka dengan balasan yang baik dan keridhoan dari Allah swt.
3. Mendapat ampunan dari Allah
Orang bersalah atau berdosa lantas ia bertaubat dan tidak mengulangi keslahannya lagi, dan setelah Allah mengampuni dosanya pada saat itu orang tersebut akan mendapatkan ketenangan.
4. Istirahat (al-Hijr:67) (al-Qashas:72) (al-An’am:96) (al-Qashas : 13)
Setelah kita beraktivitas sepanjang hari maka untuk selanjutnya ita akan beristirahat dari semua pekerjaan yang kita lakukan. Pada saat itulah akan terasa ketenangan karena terbebas dari segala aktifitas.
C. Yang Tenang
1. Rasul (al-Fath: 26) (at-Taubah: 26,40)
Ketika orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan jahiliyah, ketika orang-orang kafir memerangi umat islam, dan ketika orang kafir mengejar Rasulullah sehingga Rasulullah bersembunyi di gua Hira’. Pada saat itulah Allah swt menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya.
2. Mukmin (al-Fath: 4,8,26) (at-Taubah: 26)
Untuk menambah keimanan orang mukmin dan ketika orang-orang mukmin berperang dengan orang –orang kafir, di saat seperti itulah Allah swt menurunkan ketenangan kepada orang mukimn.
3. Suami (ar-Rum: 21) (al-A’raf: 189)
Berkat kehadiran seorang istri, suami dapat merasakan ketenangan dan ketentraman karena adanya rasa kasih sayang diantara keduanya.
4. Pemberi Zakat (at-Taubah: 103)
Orang-orang yang memberi zakat dan ia ikhlas dengannya, maka atas doa orang yang mendapatkan zakat dia akan merasakan ketenangan jiwa.
5. Hati Mukmin (al-Fath: 4)
Allah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang mukmin agar keimanan mereka bertambah.
6. Angin (asy-Syura: 33)
Allah menenangkan angin, agar orang yang berlayar di lautan dapat menghentikan kapalnya di permukaan laut.
7. Bayang-bayang
Allah menjadikan bayang-bayang itu tetap tenang, kemudian menjadikan matahari sebagai petunjuk.
D. Waktu Yang Tenang
1. Malam (Yunus: 67) (al-Qashas: 73) (al-An’am: 96)
Allah menjadikan malam untuk beristirahat, karena saat itu kita dapat menikmati ketenangan karena terbebas dari aktivitas yang telah kita lakukan pada siang harinya.
E. Sikap Orang Yang Tenang
1. Tidak tergesa-gesa (al-Anbiya’:13)
Orang yang tenang akan melakukan semua pekerjaannya dengan tenang pula, tanpa tergesa-gesa. Karena dengan begitu ia dapat meninjau kembali pekerjaan yang telah di lakukannya.
2. Selalu ingat Allah
Orang yang beriman akan selalu ingat pada Allah kapanpun dan dimanapun dia berada, karena dengan mengingat Allah hati akan terasa tenang.
3. Selalu melaksanakan Amal shalih
Orang yang selalu melaksanakan amal shalih juga akan merasakan ketenangan atas apa yang telah ia lakukan, karena ia melakukannya dengan ikhlas serta mengharap ridha Allah.
F. Sumber Ketenangan
1. Allah swt (al-An’am: 13) (al-Qashas: 72) (al-Fath: 4,18,26) (at-Taubah: 26,40) (as-Syura: 33) (al-Furqan: 43)
Semua ketenangan yang dirasakan makhluk di bumi ini hanya bersumber dari Allah swt.
2. Tentara Allah yang Tidak Terlihat (Malaikat) (at-Taubah: 26,40)
Malaikat atas perintah Allah memberikan ketenangan pada hati RAsul dan orang mukmin ketika menghadapi orang-orang kafir.
3. Iman. (al-Fath: 4)
Orang islam yang beriman akan merasakan ketenangan karena keimanan yang ada pada diri mereka.
4. Taqwa (al-Fath: 26)
Orang beriman dan juga disertai dengan ketakwaan pada Allah akan dapat meresakan ketenangan disebabkan ketakutan yang kuat dalam hati mereka hanya kepada Allah swt. Semata
5. Fathun Qarib (al-Fath: 18)
Sebagaiaman janji Allah yang lain terhadap umat islam, bahwa umat islam akan mendapatkan kemenangan dalam waktu dekat, hal ini meyebabkan hati orang mukmin tenang.
6. Do’a (at-Taubah: 103)
Dengan berdo’a kepada Allah kita dapat memperoleh ketenangan, karena pada saat itu kita hanya mengharap dan berserah diri kepada Allah swt.
7. Tabut Bani Israil (al-Baqarah: 248)
Kitab Taurat yang telah diturunkan kepada Nabi Musa dan ketika beliau wafat, para pengikutnya menyimpan kitab tersebut di dalam sebuah peti (tabut) dan pada kitab itu sungguh benar-benar terdapat ketenangan bagi Bani Isra’il.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2 Ide Abstrak

Tidak peduli apa yang orang katakan padamu, kata dan ide bisa mengubah dunia. (Robbin Williams Dari film Dead Poet's Society) Ngomong-ngomong tentang ide, saya punya dua ide abstrak. Bisa jadi dua ide ini beberapa tahun yang akan datang akan menjadi kenyataan dan akan kita temui di dunia nyata. Dua ide yang mencuat dari pikiran saya itu adalah: 1. Ada alat yang bisa merekam mimpi manusia saat ia tertidur. 2. Ada alat yang bisa memanggil dengan kata kunci tertentu saat kita membaca Koran.  Baiklah, akan saya jelaskan dulu mengapa saya sampai punya dua ide itu. Pertama , saat saya atau kita semua dalam kondisi tidur, ada waktu dimana pikiran kita berada di dunianya sendiri, yakni dunia mimpi. Saat itu kita hidup di dunia kedua kita, alam mimpi. Berbagai macam hal tak terduga dan tak terdefinisi di dunia nyata akan kita temui dalam dunia kedua itu. Bahkan, bentuk-bentuk dan rupa-rupa manusia atau makhluk hidup lainnya tak menutup kemungkinan akan kita temui pula. Ambi

Dakwah Kontekstual di Era Digital

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya globalisasi di dunia ini baik dari segi ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya telah menjadikan kehidupan manusia mengalami alienasi , keterasingan pada diri sendiri atau pada perilaku sendiri, akibat pertemuan budaya-budaya yang tidak sepenuhnya terintegrasi dalam kepribadian umat manusia. Selama masih ada manusia yang hidup di muka bumi ini, selama itu pula lah satu hal yang dinamakan Dakwah itu perlu ada bahkan wajib ada. Karena setiap muslim berkewajiban untuk berdakwah, baik sebagai kelompok maupun individu, sesuai dengan kemampuan masing-masing, dalam segi ilmu, tenaga, dan daya. Dengan derasnya arus globalisasi yang juga menimpa umat islam, pelaksanaan dakwah seperti mengejar layang-layang yang putus. Artinya hasil-hasil yang diperoleh dari dakwah selalu ketinggalan dibanding dengan maraknya kejahatan dan kemaksiatan yang terjadi dalam masyarakat. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah konsep dakwah yang sesuai dengan perkembangan

Mengukir Senja Di Suramadu #Part 2

Lomba Blog "Ide Untuk Suramadu" Mencari Sudut Terindah Deru mesin pesawat Air Asia mulai terdengar bising disertai tangisan seorang anak kecil, yang mengaku telinganya kesakitan. Beberapa kali kursi yang kududuki ikut sedikit berguncang, saat moncong kemudian diikuti badan pesawat mulai menyentuh gumpalan-gumpalan awan putih. Ketinggian pesawat juga mulai menurun perlahan. Dua orang pramugara dan tiga pramugari mulai berdiri dari tempatnya duduk. Mereka mulai menyisir semua tempat duduk penumpang yang ada di sebelah kanan dan kirinya. Sembari terus melempar senyum, mereka berkata ramah, " Bapak, Ibu, penumpang pesawat Air Asia mohon semua alat elektroniknya dinonaktifkan. Dalam waktu lima belas menit lagi kita akan segera melakukan pendaratan. Dan mohon sabuk pengamannya dikenakan kembali. Terima kasih. " *Kurang lebih begitulah kata-kata yang kudengar dari mereka. Tapi jika kurang, ya bisa ditambah-tambah sendiri. Kalau lebih, simpan saja dah ya kelebihan