Langsung ke konten utama

Dimanakah Ilmuan Muslim Fisika Saat Ini?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — ‘Partikel Tuhan’ yang ditemukan setahun lalu menghantarkan dua penemunya, Peter Higgs (84 tahun) dan Francois Engtlert (80 tahun) meraih Nobel Fisika 2013 dan berhak atas hadiah sebesar 1,25 juta AS. Pengumuman keduanya meraih nobel diumumkan di Stockholm Selasa (8/10).
Higgs dann Engtlert mencetus hipotesis tentang partikel ‘Higgs Boson’ yang merupakan perantara yang paling memungkinkan terbentuknya bintang, planet, juga kehidupan. Partikel Higgs adalah bagian terakhir dari Model Fisika Standard yang menggambarkan susunan fundamental alam semesta. Beberapa kalangan menyebutnya sebagai ‘Partikel Tuhan’, karena perannya dalam mengubah Dentuman Besar (bigbang) menjadi  alam semesta (kosmos) yang tertata.
Karya Higgs dan Englert memperlihatkan bagaimana partikel-partikel dasar di dalam atom memperoleh massa lewat interaksi dengan satu medan siluman yang mencakupi seluruh semesta. Semakin kerap berinteraksi, maka semakin berat partikel-partikel itu. Partikel yang berhubungan dengan medan itu adalah boson Higgs atau Partikel Higgs.
http://www.republika.co.id/berita/trendtek/sains/13/10/09/muedne-penemu-partikel-tuhan-raih-nobel-fisika-2013
Tiga paragraf berita itu saya dapatkan di Republika Online hari ini. Berita ini juga dituliskan pada Harian Republika edisi cetaknya, tepat hari ini juga pada halaman pertamanya, di kolom paling bawah halaman pertama. Saat membaca berita tentang penemuan “partikel Tuhan” atau “Higgs Boson” tadi, dalam pikiran saya muncul pertanyaan, “Dimanakah ilmuwan Fisika Muslim saat ini?”
Kalau kita membaca berita tentang penemuan “Partikel Tuhan” itu, jelas di sana kita tahu bahwa yang menemukannya adalah Ilmuwan Barat.  Peter Higgs yang menemukan “Higgs Boson” atau “Partikel Tuhan” ini adalah seorang ahli fisika asal Inggris dan professor di Universitas Edinburgh. Higgs juga diketahui bahwa dia seorang ateis (yang menolak keberadaan Tuhan). Hal ini dijelaskan pada berita yang dituliskan oleh Republika tersebut.

Awalnya, saya memiliki pertanyaan “Dimanakah Ilmuwan Fisika Muslim saat ini?” itu karena saya membaca siapa penemunya. Nama Peter Higgs itu jelas menurut saya itu adalah nama orang yang berasal dari luar. Kemudian pertanyaan saya itu semakin menguat saat saya membaca penjelasan berikutnya bahwa Peter Higgs adalah seorang ateis.

Mungkinkah orang-orang yang bekerjasama menemukan “Partikel Tuhan” itu adalah orang-orang serupa atau yang berasal dari agama lain selain Islam? Kalau begitu, bagaimanakah dengan umat Islam, yang sebenarnya, semua penjelasan tentang alam semesta ini telah dijelaskan dalam Kitab sucinya, Al-Quranul Karim? Apakah memang benar apa yang kita alami atau jalani selama ini, bahwa kita hanya sering membacanya saja tanpa mengerti maksudnya? Lebih sering mengaji daripada mengkaji? Jika tidak, lalu mengapa sedari dulu, yang paling banyak menemukan hal-hal menarik tentang alam semesta ini adalah mereka yang bukan beragama Islam? Dimanakah para ilmuwan Muslim yang mengerti atau ahli fisika saat ini? Apakah memang sedikit umat Islam yang mendalami ilmu ini? Sehingga menjadikan kita, seperti “mati kutu” saat membaca, saat tahu, penemuan-penemuan menarik tentang alam semesta ini ternyata lebih banyak ditemukan oleh mereka.

Sepertinya kita memang patut berpikir kembali kalau kita membaca berita di atas. Jumlah kita memang banyak. Tapi sepertinya tidak setangguh dan berkualitas seperti umat Islam yang hidup di zaman Rasulullah SAW, dan pada masa puncak keemasan atau kejayaan Islam, yang kala itu berada di bawah kepemimpinan Dinasti Abbasiyah. Pada masa kepemimpinan Dinasti Abbasiyah inilah kejayaan Islam terdengar hingga seantero dunia. Keilmuan modern juga dibawa oleh para Ilmuwan Muslim yang hidup kala itu. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai sesuatu yang sangat penting, dan tak ayal lagi karena pandangannya terhadap ilmu pengetahuan, banyak ilmuan-ilmuan Muslim yang lahir di masa itu. Bahkan para ilmuan Barat banyak yang mengadaptasi penemuan-penemuan yang ditemukan oleh para ilmuan Muslim.

Salah satu bukti kejayaan Islam di masa ini juga ditandai dengan munculnya beberapa ahli di segala bidang keilmuan. Dalam bidang ilmu naqli yang mencakup tafsir, ilmu hadits, ilmu kalam, tasawwuf, dan fiqh, kita bisa menjumpai nama-nama ulama yang sudah tidak asing lagi untuk kita dengar. Seperti Ibnu Jarir al-Thabary (pakar tafsir), Imam Bukhari (ahli hadits/muhaddits), Abu Hasan al-Asy’ary (pakar ilmu kalam), Abu Hamid al-Ghazali (ahli tasawwuf), dan dalam bidang fiqh kita bisa mengetahui imam madzhab yang empat, yaitu Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’iy, dan Ibnu Hanbal.

Sedangkan dalam bidang ilmu umu, banyak sekali dari kalangan umat Islam yang menjadi pakar di beberapa cabang ilmu yang berbeda-beda. Seperti Al-farabi (ahli filsafat), Jabin bin Hayyan (ahli kedokteran), al-Khawarizmy, al-Kindi, al-Karaji, al-Battani, al-Biruni, dan Umar Khayyam (pakar matematika), al-Farazi (ilmu astronomi). Kemudian pada bidang bidang kimia ada nama Jabir Ibnu Hayyan, al-Biruni, Ibnu Sina, ar-Razi, dan al-Majriti.  Dalam bidang biologi para ilmuwan Muslim yang ikut memberikan kontribusi besar antara lain al-Jahiz, al-Qazwini, al-Damiri, Abu Zakariya Yahya, Abdullah Ibn Ahmad Bin Al-Baytar, dan al-Mashudi. Al-Jahiz (pencetus pertama teori evolusi), di bidang fisika ada Ibn Al-Haitham, Ibnu Bajjah, al-Farisi dan Fakhruddin Ar-Razi.

Nampaknya, kita memang patut mempelajari kembali sejarah kejayaan Islam. Agar dengan begitu, kita tahu bahwa ternyata sudah banyak ilmuan Muslim yang memberikan kontribusi besar dalam bidang ilmu pengetahuan. Namun, jangan hanya berhenti sampai di situ saja. Tapi kita juga harus mau dan bisa melanjutkan perjuangan para pendahulu kita itu. Mempelajari ilmu-ilmunya, mengembangkannya, dan menemukan hal baru dari ilmu yang kita pelajari. Hingga pada akhirnya, kita dapat membangkitkan kembali kejayaan keilmuan yang pernah dituliskan sejarahnya oleh para ilmuan Muslim sebelum kita.

sumber:
http://www.republika.co.id/berita/trendtek/sains/13/10/09/muedne-penemu-partikel-tuhan-raih-nobel-fisika-2013
http://www.majalahgontor.net/index.php?option=com_content&view=article&id=518:abad-abad-keemasan-peradaban-islam&catid=40:laporan&Itemid=103
http://cyberdakwah.com/2013/04/masa-keemasan-islam/#
Surat Kabar Harian Republika, edisi Kamis, 10 Oktober 2013. hlmn 1

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengukir Senja Di Suramadu #Part 2

Lomba Blog "Ide Untuk Suramadu" Mencari Sudut Terindah Deru mesin pesawat Air Asia mulai terdengar bising disertai tangisan seorang anak kecil, yang mengaku telinganya kesakitan. Beberapa kali kursi yang kududuki ikut sedikit berguncang, saat moncong kemudian diikuti badan pesawat mulai menyentuh gumpalan-gumpalan awan putih. Ketinggian pesawat juga mulai menurun perlahan. Dua orang pramugara dan tiga pramugari mulai berdiri dari tempatnya duduk. Mereka mulai menyisir semua tempat duduk penumpang yang ada di sebelah kanan dan kirinya. Sembari terus melempar senyum, mereka berkata ramah, " Bapak, Ibu, penumpang pesawat Air Asia mohon semua alat elektroniknya dinonaktifkan. Dalam waktu lima belas menit lagi kita akan segera melakukan pendaratan. Dan mohon sabuk pengamannya dikenakan kembali. Terima kasih. " *Kurang lebih begitulah kata-kata yang kudengar dari mereka. Tapi jika kurang, ya bisa ditambah-tambah sendiri. Kalau lebih, simpan saja dah ya kelebihan...

Pesan Dari Orang Asing

Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba ada pesan masuk di inbox facebook milikku. Bukan pesan dari teman-teman yang terdaftar jadi temanku di fb. Tapi pesan itu datangnya dari seseorang yang belum aku kenal, dan dilihat dari namanya, itu seperti nama orang luar negeri. Dia pun mengirimkan pesan dalam bahasa Inggris. Dengan kemampuan bahasa Inggrisku yang terbatas ini, aku hanya mengerti bahwa dia ingin berkenalan denganku dan ingin mengirimkan pesan berikutnya melalui email. Awalnya perkenalan berjalan lancar sebagaimana mestinya. Dia seorang perempuan yang mengaku berasal dari negara Sudan, Afrika. Tapi kemudian dia berada di kamp sementara di Negara Senegal. Karena menurut yang ia ceritakan, ayah dan ibunya meninggal dunia saat terjadi kerusuhan di negara Sudan. Hingga akhirnya ia mengungsi ke Negara Senegal. Setelah menceritakan tentang kondisi keluarganya, ia memintaku untuk menceritakan padanya tentang diriku. Apa yang aku sukai, apa yang tidak aku sukai, hobi, dan aktivitasku s...

Tulisan Beritaku Dimuat Di Media Online…

Nggak nyangka..benar-benar nggak nyangka. Tulisan berita tentang Langgam Jawa yang kemarin aku buat ditemani sedikit rasa kantuk, ternyata dimuat dibeberapa media berita online. Mungkin ini salah satu keuntungannya aku berada di biro humas UMY. Meski hari pertama aku kaget dan sedikit syok mungkin. Sebab, baru hari pertama sudah disuruh untuk membuat berita. Memang sih, di bangku kuliah aku sudah mendapatkan materi kulih tentang teknik reportase, penulisan berita, penataan surat kabar, editing dan formatologi, tapi tetap saja aku masih kaget. Mungkin karena jangka waktu atau deadline pengumpulan beritanya berbeda, jadi sedikit membuatku syok. Jika di kuliah deadline berita itu 1 minggu, tapi kalau di biro humas ya 1 hari itu juga.. Tapi dari sini aku ternyata bisa belajar, bagaimana aku harus bisa menyelesaikan tulisan berita yang ditugaskn untuk selesai pada hari itu juga. Rasa kantuk, mandek mau nulis apa lagi, perut keroncongan, merasa kurang informasi pendukung beri...