Langsung ke konten utama

Mengukir Senja di Suramadu #part 1

Lomba blog "Ide untuk Suramadu"

Tak Cukup Jika Hanya Sekadar Lewat


Pernah mendengar Suramadu? Kesan apa yang pertama singgah saat mendengar Suramadu? Bagaimana juga perasaan kalian setelah berhasil melewatinya? Sebab, kalau boleh jujur, aku sendiri pun yang hampir setiap tahun selama kurun waktu 6 tahun ini melewatinya, kadang juga merasa sedih, dan, "bosan". Karena setiap kali melewatinya, pemandangan yang terlihat hanya itu-itu saja, dan belum ada perubahan yang membuatku merasa "Wah", dan berkata ,"Ini kampung halamanku".

Nah, dalam event yang cukup membuatku terpancing untuk menggerakkan kembali tut-tut keybord laptop ini, aku akan mencoba sedikit memberikan ulasan, atau lebih pasnya mungkin "ide liar" dan "aneh"ku tentang Suramadu. Tapi mohon maaf sebelumnya, jika nanti tulisannya agak terasa sedikit... puitis, dan mungkin tidak terasa sebagai tulisan tentang perjalanan, artikel, atau semacamnya. Karena aku akan menuangkan "ide"ku ini dalam tiga bagian atau tiga bab atau tiga part dengan selipan kalimat-kalimat cerita sok puitis. Jadi, aku harap kalian semua bisa membacanya dengan tuntas, tas, tas. Hehehe.   

Baiklah, untuk menyingkat waktu dan space, lebih baik aku mulai saja dari sini. Selamat membaca, kawan-kawanku semua... ^_^ 

Suatu hari, aku dan beberapa teman sedang berdiskusi mengurai keinginan untuk bisa berkunjung dan menjelajahi masing-masing daerah. Tepatnya daerah asal kami. Ada yang dari Tasikmalaya-Jawa Barat, Gunung Kidul-Yogyakarta, Banten, Wonosobo, Kendal, Karimun Jawa, Timika-Papua, dan Madura.

Gunung Kidul, Wonosobo, Kendal, dan Karimun Jawa sudah berhasil kami jelajahi. Gunung Kidul dengan keindahan pantainya. Wonosobo dengan udara dingin puncak Dieng dan Sikunir. Kendal dengan perkebunan jambu dan coklat, serta yang tak kalah menariknya, jajaran pulau-pulau kecil dengan air laut kebiruan yang berada di kawasan kepulauan Karimun Jawa.

Semua pesona kecantikan ciptaan Tuhan itu telah kami rasakan, bahkan tak sedikit pula yang telah terekam dalam memori dari berbagai kamera kami. Hingga suatu ketika, perbincangan mengenai destinasi berikutnya mengarah pada sebuah kepulauan yang berada di antara pulau Jawa dan Kalimantan. Pulau itu kami sebut sebagai pulau Madura. Ya, Madura! Tempat di mana aku dilahirkan.

Ketika aku mendengar obrolan kecil mereka itu, pikiranku justru langsung mengembara tak tentu arah. Menelusuri setiap jejak yang pernah singgah pada bukit-bukit waktu perjalanan di tanah kelahiran. Berbagai pertanyaan dan memori tentang kehidupan serta perjalananku di Madura, melayang-layang dalam otak kecilku. Namun mereka tak pernah tahu-bahkan mungkin hingga saat ini-bahwa pada saat itu juga ada perbincangan sengit di dalam batinku.
"Di Madura ada apa ya? Kok sepertinya tidak ada tempat yang dikenal oleh orang banyak di luar Madura. Oh iya, yang terbaru itu kan ada jembatan Suramadu. Pasti mereka tertarik untuk melihat dan melewati jembatan itu," seru batinku. 

"Ah, tapi masa iya hanya lewat saja, tidak ada foto-foto?! Kalian kan sukanya ngambil foto latar di mana kalian saat itu berada," timpal sisi lain batinku.

"Benar juga ya, harus ada foto berlatar Suramadu. Tapi kan sekarang sudah tidak boleh berfoto-foto ria di atas jembatan. Hrgh..." #galau_tingkat_dewa.

"Kapan-kapan aja deh ya ke Maduranya. Kita ke tempat lain dulu aja!" Jawaban itu yang seringkali kulontarkan pada mereka. Bukan karena tidak bangga dengan tanah kelahiran sendiri, atau karena tidak tahu ada tempat wisata apa saja di Madura. Hanya saja, aku masih merasa belum siap. Belum siap untuk menawarkan keindahan lainnya dari Madura. Terlebih lagi dengan keberadaan jembatan Suramadu sebagai icon baru Madura dan Surabaya.

Padahal, sejak pertama kali jembatan Suramadu diresmikan pada 10 Juni 2009, jembatan sepanjang 5.438 m yang melintasi Selat Madura dan menghubungkan antara Surabaya (Pulau Jawa) dan Madura (di Bangkalan) ini, sudah menjadi kebanggaan baru orang Indonesia, wabil khusus orang Madura tentunya. Karena ia hingga kini masih tercatat sebagai jembatan terpanjang di Indonesia. Selain itu, beragam mimpi dan impian untuk menyokong pembangunan dan menciptakan keindahan baru dari jembatan ini pun perlahan memang mulai menggema. Namun sayangnya, hingga kini hal itu pun masih terus menjadi wacana tanpa ada realisasi. #Duh bahasanya sok politis nih, hehehe.

Begitu pula saat berkali-kali kaki ini berpijak lagi di bumi Surabaya dan Madura, pemandangan di jembatan Suramadu masih saja sama. Belum nampak di sana sesuatu yang membuatnya terlihat lebih "wah" dan "megah". Orang-orang yang datang ke Surabaya atau Madura pun tak bisa banyak berkutik untuk mengabadikan momen mereka di Suramadu. Syukur-syukur jika mereka bisa sekadar mampir untuk makan di Warung Nasi Bebek khas Madura (Bangkalan), seperti Warung Makan Bebek Sinjay misalnya. Tapi, yang kadang membuat hati miris itu saat ada yang bercerita berhasil melewati Suramadu, namun langsung pergi lagi meninggalkan Madura. :( #mewek. Ya, mereka hanya sebatas ingin melewati jembatan itu saja. Setelah mereka berhasil melewatinya, good bye...Madura. See you later. Mereka kembali lagi ke sisi Surabaya. Dan, pulang. Ya, itulah yang masih sering terjadi hingga saat ini. Mungkin saat itu mereka berpikir, susah mencari spot yang pas untuk mengambil gambar atau berfoto dengan latar jembatan terpanjang di Indonesia ini.

Kita semua yang sudah melewati jembatan ini tentunya tahu bukan, saat roda kendaraan yang kita tumpangi sudah menyentuh jembatan Suramadu di sisi Madura, apa yang akan terlihat pertama kali di sebelah kanan dan kiri kita? Ya, jajaran para pedagang yang menjual barang-barang kerajinan khas Madura atau kain dan baju batik Madura. Tak bisa dipungkiri pula memang, jika keberadaan para pedangan ini juga cukup menarik perhatian wisatawan lokal yang datang ke Madura untuk berhenti sejenak menengok dan membeli buah tangan dari tanah Madura. Sekadar untuk oleh-oleh dan membuktikan bahwa mereka sudah sampai di Madura. Tapi apa iya, daya tarik Madura dengan adanya jembatan Suramadu hanya sebatas itu saja? Karena seperti yang sudah kukatakan tadi, mereka yang datang ke Madura, tidak punya banyak waktu untuk menghabiskan dan menikmati indahnya pemandangan alam berlatarkan jembatan Suramadu.

Tapi, hal itu pasti akan berbeda, jika Suramadu sudah tak seperti sekarang lagi. Jika Suramadu tak lagi hanya indah ketika ia sendiri. Dan hamparan sawah yang hijau meluas itu, tak lagi hanya sekadar menjadi hiasan penyejuk mata-mata yang gersang. Akan tetapi juga menjadi wadah dan manifestasi pembangunan berkelanjutan warga dan daerah di Madura. Wisatawan yang datang pun tidak hanya akan mampir sejenak di pinggiran jalan untuk membeli oleh-oleh, atau makan di warung makan yang lokasinya cukup jauh dari jembatan Suramadu. Namun lebih dari itu, mereka akan punya banyak waktu untuk bisa menikmati senja atau pagi di pinggiran selat Madura, dengan berlatarkan dua buah menara jembatan Suramadu yang menjulang tinggi ke angkasa. Di sanalah kemudian kisah para petualang akan bermula, kisah para wisatawan dari balik bidikan lensanya akan menggema, dan dari sana pulalah kebanggan baru anak negeri akan mengudara, menembus batas ruang dan waktu.

*bersambung*

Part 2 ada di sini ya ^_^. part 3 ada di mari. :D
Arigato, Thank you, Syukran, Matur Suwon, Hatur Nuhun, Sakalangkong ^__^

Komentar

  1. Ini kan tulisan tentang perjalanan. Jadi jika kamu mau lebih cair dalam menulis tentang ini, bisalah kau belajar pada Trinity yang menulis berjilid jilid buku tentang jalan jalan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Kang Dana, masukannya. Iya aku pernah baca tentang Trinity itu, blognya kayaknya juga ada yang Kang Dana. Nanti dah aku baca-baca lagi tentang trinity itu :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengukir Senja Di Suramadu #Part 2

Lomba Blog "Ide Untuk Suramadu" Mencari Sudut Terindah Deru mesin pesawat Air Asia mulai terdengar bising disertai tangisan seorang anak kecil, yang mengaku telinganya kesakitan. Beberapa kali kursi yang kududuki ikut sedikit berguncang, saat moncong kemudian diikuti badan pesawat mulai menyentuh gumpalan-gumpalan awan putih. Ketinggian pesawat juga mulai menurun perlahan. Dua orang pramugara dan tiga pramugari mulai berdiri dari tempatnya duduk. Mereka mulai menyisir semua tempat duduk penumpang yang ada di sebelah kanan dan kirinya. Sembari terus melempar senyum, mereka berkata ramah, " Bapak, Ibu, penumpang pesawat Air Asia mohon semua alat elektroniknya dinonaktifkan. Dalam waktu lima belas menit lagi kita akan segera melakukan pendaratan. Dan mohon sabuk pengamannya dikenakan kembali. Terima kasih. " *Kurang lebih begitulah kata-kata yang kudengar dari mereka. Tapi jika kurang, ya bisa ditambah-tambah sendiri. Kalau lebih, simpan saja dah ya kelebihan...

Pesan Dari Orang Asing

Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba ada pesan masuk di inbox facebook milikku. Bukan pesan dari teman-teman yang terdaftar jadi temanku di fb. Tapi pesan itu datangnya dari seseorang yang belum aku kenal, dan dilihat dari namanya, itu seperti nama orang luar negeri. Dia pun mengirimkan pesan dalam bahasa Inggris. Dengan kemampuan bahasa Inggrisku yang terbatas ini, aku hanya mengerti bahwa dia ingin berkenalan denganku dan ingin mengirimkan pesan berikutnya melalui email. Awalnya perkenalan berjalan lancar sebagaimana mestinya. Dia seorang perempuan yang mengaku berasal dari negara Sudan, Afrika. Tapi kemudian dia berada di kamp sementara di Negara Senegal. Karena menurut yang ia ceritakan, ayah dan ibunya meninggal dunia saat terjadi kerusuhan di negara Sudan. Hingga akhirnya ia mengungsi ke Negara Senegal. Setelah menceritakan tentang kondisi keluarganya, ia memintaku untuk menceritakan padanya tentang diriku. Apa yang aku sukai, apa yang tidak aku sukai, hobi, dan aktivitasku s...

Tulisan Beritaku Dimuat Di Media Online…

Nggak nyangka..benar-benar nggak nyangka. Tulisan berita tentang Langgam Jawa yang kemarin aku buat ditemani sedikit rasa kantuk, ternyata dimuat dibeberapa media berita online. Mungkin ini salah satu keuntungannya aku berada di biro humas UMY. Meski hari pertama aku kaget dan sedikit syok mungkin. Sebab, baru hari pertama sudah disuruh untuk membuat berita. Memang sih, di bangku kuliah aku sudah mendapatkan materi kulih tentang teknik reportase, penulisan berita, penataan surat kabar, editing dan formatologi, tapi tetap saja aku masih kaget. Mungkin karena jangka waktu atau deadline pengumpulan beritanya berbeda, jadi sedikit membuatku syok. Jika di kuliah deadline berita itu 1 minggu, tapi kalau di biro humas ya 1 hari itu juga.. Tapi dari sini aku ternyata bisa belajar, bagaimana aku harus bisa menyelesaikan tulisan berita yang ditugaskn untuk selesai pada hari itu juga. Rasa kantuk, mandek mau nulis apa lagi, perut keroncongan, merasa kurang informasi pendukung beri...